PT Wijaya Karya Beton akan memprioritaskan pemenuhan permintaan produk beton untuk pasar dalam negeri dibandingkan ekspansi bisnis ke Arab Saudi. Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Beton Puji Haryadi mengatakan saat ini WIKA Beton belum serius membicarakan rencana bisnis pembukaan pabrik di Arab Saudi seiring rencana PT Wijaya Karya selaku induk usaha untuk membuka kanto cabang di sana.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Puji mengatakan saat ini belum ada kepasÂtian izin dari Arab SauÂdi terkait pendirian kantor cabang WIKA di Arab Saudi. Di sisi lain, saat ini rencana pembangunan kerta cepat atau high speed trainJakarta- B a n dung tengah dimatangkan.
Pasalnya, WIKA Beton akan memperoleh kontrak besar sebagai pemasok beton untuk proyek tersebut, seiring kepuÂtusan pemerintah menetapÂkan WIKA sebagai pemimpin konsorsium BUMN dalam negeri dalam menggarap proyek tersebut bersama China.
“Kalau tahun ini kita terkonÂsentrasi untuk HST, kita tidak sempat untuk membuka pabrik di sana. Kalau kebutuhan dalam negeri masih sangat tingÂgi, kenapa tidak konsentrasi ke dalam negeri dulu? Tapi kita sangat tergantung pada WIKA,†katanya saat dihubungi, Selasa (6/10/2015).
Puji mengatakan WIKA BeÂton nantinya akan diikutsertaÂkan dalam pembicaraan bisnis tahap akhir terkait perencaÂnaan pembangunan kereta ceÂpat. Bila menimbang progres pembicaraan bisnis sejauh ini tentang proyek tersebut, menÂurutnya tahun ini WIKA Beton harus sudah mulai berprodukÂsi.
Puji mengatakan untuk mendirikan pabrik precast di Arab, dibutuhkan banyak tenaÂga terampil yang harus didataÂngkan dari Indonesia. Padahal, tenaga kerja tersebut akan sanÂgat dibutuhkan tahun depan. Selain itu, saat ini belum ada kepastian pasar di Arab Saudi karena izin belum dikeluarkan.
Proyek Kereta Cepat
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) disebut memiliki andil besar dalam proyek pembangunan kereta cepat. Pasalnya, banÂyak beton-beton dalam proyek tersebut disediakan oleh WIKA. Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan, proyek kereta ceÂpat memang akan dikerjakan oleh BUMN. BUMN tersebut meliputi WIKA, PT Jasa Marga, PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). “WIKA akan mendapatkan order terbesarnÂya dalam pembangunan pilar-pilar dari jalur krikas beton,†kata Rini.
Dia menambahkan, dalam skema pembiayaan business to business (B to B) antar konsorÂsium BUMN dan China dalam kereta cepat, sebanyak 75 persen akan berasal dari pemÂbiayaan perbankan. Sedangkan 25 persennya ekuitas berasal dari konsorium BUMN dan konÂsorsium China.
“Yang BUMN memang lebih besar 60 persen itu konsorsium kita, 40 persen dari China. Nah ini masih finalisasi. Insya Allah saya dapat laporan minggu ini, tapi kita lihat saja,†katanya.
Sementara itu, Rini meÂnargetkan 59 persen pekerja di proyek kereta cepat adalah pekerja di dalam negeri, khuÂsusnya untuk kegiatan konÂstruksi beton, termasuk baja yang akan dipasok dari pabrik baja BUMN PT Krakatau Steel Tbk (KS). “Dari proyek kereta cepat, 59 persen dari kereta cepat tersebut adalah pekerja di dalam negeri yang memang besar untuk pekerjaan beton, baja yang memang kami pasok nanti dari KS,†katanya.
(BIS/ OKZ)