JAKARTA, TODAY — Strategi tarik ulur yang diÂjalankan The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat, membuat pelaku pasar keuangan dunia geregetan. Mereka sekaÂrang sedang fokus memantau The Fed yang menggelar pertemuan pada 16-17 September ini untuk membahas suku bunga. Bukan sekali dua kali Gubernur The Fed Janet Yellen menunda-nunda rencana kenaikan suku bunÂga AS. Akibatnya, terjadi ketidakÂpastian di pasar di seluruh dunia.
Ketika muncul ketidakpastian, investor cenderung mencari inÂstrumen investasi yang lebih aman. Selain itu, rumor soal naiknya suku bunga AS juga membuat banyak orang memburu dolar AS.
Dampaknya adalah semakin banyak orang mencari USD dan semakin tinggi pula nilai tukarnya terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah. “Itu dunia yang bergejolak. Tapi buat kita, buat Indonesia sebenarnya gini, ya siÂlakan kalau mau mengubah (suku bunga). Sebetulnya itu buat dunia, tidak cuma buat Indonesia. Makin cepat makin baik, makin jelas,†kata Menteri Koordinator PerekoÂnomian, Darmin Nasution di kanÂtornya, Lapangan Banteng, Jakarta Selatan, Rabu (16/9/015).
Jika sudah ada kejelasan soal bunga, maka ketidakpastian di sekÂtor keuangan perlahan-lahan akan hilang. Lalu apakah ekonomi IndoneÂsia akan lebih baik setelahnya? “Kita tidak mengatakan langsung lebih baik. Kita mengatakan kalau itu buat kita, buat dunia, makin ditunda, geÂjolaknya makin lama, sesederhana itu persoalannya. Kalau makin lama cost-nya makin banyak mengeloÂlanya semua negara, termasuk InÂdonesia. Oleh karena itu, lebih betul lakukan saja,†jawab Darmin.
Imbas paling terasa dari renÂcana perubahan suku bunga AS ini adalah jatuhnya rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham GabunÂgan (IHSG) melemah 14 poin akibat tekanan jual investor asing. Bursa Efek Indonesia (BEI) satu-satunya yang merah di antara pasar saham Asia lainnya.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup melemah di posisi Rp 14.450 dibandingkan poÂsisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.393.
Mengawali perdagangan Rabu pagi, IHSG naik 13,028 poin (0,30%) ke level 4.360,188 mengekor menÂguatnya bursa global dan regional. Indeks sempat naik ke posisi terÂtingginya hari ini di 4.370,345 seÂbelum akhirnya jatuh ke teritori negatif. Saham-saham lapis dua menderita koreksi cukup dalam.
Pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG menipis 7,159 poin (0,16%) ke level 4.340,001. Aksi jual asing membuat IHSG lengser dari zona hijau. Indeks terus meÂluncur di zona merah hingga ke titik terendahnya hari ini di 4.325,402. Jelang penutupan perdagangan, IHSG bisa mengurangi koreksi berÂkat aksi beli investor domestik.
Mengakhiri perdagangan, Rabu (16/9/2015), IHSG ditutup terpangkas 14,647 poin (0,34%) ke level 4.332,513. Sementara Indeks LQ45 ditutup terkoreksi 3,681 poin
Transaksi investor asing hingga sore hari ini tercatat melakukan penÂjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 378,658 miliar di seluruh pasar.
Perdagangan hari ini berjalan sangat sepi dengan frekuensi tranÂsaksi sebanyak 211.532 kali denÂgan volume 5,19 miliar lembar saham senilai Rp 3,551 triliun. SeÂbanyak 121 saham naik, 139 turun, dan 89 saham stagnan.
Bursa-bursa regional masih kompak menguat hingga penutupan perdagangan, dipimpin bursa saÂham China rebound setelah kemarin jatuh. Investor masih menanti hasil pertemuan The Fed Rabu malam.
Saham-saham yang naik sigÂnifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah United Tractor (UNTR) naik Rp 650 ke Rp 18.850, Lippo Insurance (LPGI) naik Rp 500 ke Rp 6.475, HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 350 ke Rp 76.350, dan Astra Agro (AALI) naik Rp 325 ke Rp 18.150
(Alfian Mujani|net)