BOGOR, TODAY — Badan NarÂkotika Nasional (BNN) KabuÂpaten Bogor gagal mengeledah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Paledang Bogor. BNNK hanya menggelar tes urine Lapas Kelas IIA, Kota Bogor, Senin (30/11/2015).
Dari hasil tes petugas BNN tak menemukan narkotika. Urine sipir dan warga biÂnaan juga terbukti negatif narkoba. Razia diduga bocor. Dari haÂsil pemeriksaan, petugas BBN Bogor tidak menemukan napi maupun petugas lapas positif mengonsumsi narkoba.
Saat kedatangan tim dari BNN Bogor, petugas Lapas Paledang sempat panik. PelakÂsanaan tes urine pun dilakuÂkan secara tertutup. Sejumlah awak media tidak diperkenanÂkan masuk meliput proses tes urine. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya petugas lapas mengizinkan masuk para wartawan untuk melakukan peliputan.
Kepala BNNK Bogor Nugraha Setia Budi, mengatakan, harusnya sebelum melakukan tes urin pihaknya melakukan penggeledahan dulu. Namun setelah tim intelejen datang dan memberikan inforÂmasi hasilnya kurang maksimal. Ia juga menegaskan, pengeledahan akan dilakuÂkan ulang, kedatangan BNNK Bogor, yang sudah memakai atribut BNN, sudah memÂbuat para kartel narkoba mengamankan diri. “Nanti akan kita jadwalkan ulang unÂtuk penggeledahan Lapas Paledang. UnÂtuk sekarang jika dilakukan penggeledah tidak akan maksimal,†ungkapnya.
Nugraha juga menjelaskan, dalam inspeksi yang dilakukan di LP PaleÂdang, ada 274 orang terdiri napi narÂkotika dan 74 petugas yang diperiksa urinenya. “Kami lakukan secara acak, agar tidak dibilang setingan, kita tidak memeriksa semuanya,†akunya.
Dia membeberkan, pemeriksaan terÂhadap warga lapas akan terus dilakukan sebagai upaya pemberantasan jaringan narkoba di wilayah Bogor, Jawa Barat. SeÂbab, ia menyakini masih adanya peredaran narkoba di Lapas Kelas IIA itu. “Blok narkoÂba akan menjadi perhatian khusus. Nanti kita akan sidak, tapi tidak akan memberiÂtahu dulu kapan waktunya,†ujarnya.
Sementara itu, Kepala Lapas PaleÂdang Bogor Suharman mengatakan, jumlah seluruh penghuni ada 912 orang, 47 persen atau sekitar 300 orang merupakan kasus narkoba. Pihaknya mempersiapkan diri, apa yang dikehenÂdaki oleh petugas BNNK Bogor akan diÂlayani. “Rata-rata napi di sini pengguna narkoba. Untuk pengambilan urin napi, kami serahkan ke pihak BNNK Bogor, agar tidak ada kongkalikong†kata dia.
6 Sindikat Besar
Direktorat Hukum BNN, Supardi, mangatakan, ada enam sindikat narÂkoba besar yang beroperasi di IndoneÂsia. Enam sindikat tersebut berasal dari beberapa negara, di samping sindikat di dalam negeri sendiri. Mereka berasal dari West Africa (Nigeria, Afghanistan, dan Pakistan), Tiongkok, Taiwan, MaÂlaysia, Iran, dan lokal (Indonesia).
“Kejahatan Nigeria sudah meramÂbah ke 87 negara, modusnya mengenÂdalikan operasional dari dalam lapas sehingga tidak pernah tertangkap,†ujarnya dalam diskusi panel kelompok ahli BNN bertema Kejahatan Narkotika Merupakan Kejahatan Luar Biasa di GeÂdung Dewan Pers, Senin (30/11/2015).
Sementara untuk sindikat Iran, terÂdapat satu pentolannya yang bernama Abbas Rasul yang memiliki 2.000 laboratoÂrium ilegal. Mereka juga menjadikan 173 wanita Indonesia sebagai kurir. Apalagi harga sabu per satu kilogram di sana menÂcapai Rp 50 juta, sedangkan di Indonesia bisa mencapai Rp 1,5 miliar per kilogram.
“Mereka kawin siri. Minimal tiga taÂhun untuk mengelabui wanita-wanita itu, setelah dapat akan ditinggalkan. Andai lima orang, satu tertangkap, emÂpat orang akan lolos sehingga mereka masih untung terus,†katanya.
BNN juga telah berhasil menÂgungkap aliran dana sindikat-sindikat tersebut sehingga beberapa di antaÂranya ada yang berhasil ditangkap. Kendati demikian untuk sindikat NigeÂria pihaknya kerap kesulitan mengungÂkap identitas karena sebelum masuk ke Indonesia mereka melancong ke negara lain dahulu seperti Malaysia dan Thailand, kemudian membuang identitasnya di sana, baru kemudian ke Indonesia.
(Rizky Dewantara|Yuska Apitya)