2-beras-imporYuska Apitya Aji

[email protected]

Impor beras mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun ini. Selama Januari-September 2016, beras impor sudah masuk sebesar 1,14 juta ton atau senilai US$ 472,5 juta.

Sedangkan untuk untuk periode yang sama di tahun sebelumnya, impor beras hanya sebesar 229.611 ton atau setara US$ 99,8 juta. Demikian dikutip dari situs Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (18/10/2016).

Pemasok beras terbesar adalah Thailand dan Vietnam. Lainnya dengan volume dan nilai yang cukup besar adalah Pakistan, India, dan Myanmar.

Berikut rincian impor beras selama Januari-September 2016:
1. Thailand 505.590 ton atau US$ 216,2 juta
2. Vietnam 535.376 ton atau US$ 212,5 juta
3. Pakistan 63.992 ton atau US$ 22,5 juta
4. India 25.731 ton atau US$ 11,7 juta
5. Myanmar 13.775 ton atau US$ 5,4 juta
6. Negara lainnya 1.858 ton atau US$ 4 juta

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menyatakan beras impor yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut adalah jenis beras khusus. Sebab, tahun ini pemerintah belum menerbitkan izin impor beras. “Itu beras khusus, itu kan kecil,” ungkap Amran di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/10/2016).

Bahkan menurut Amran dengan lonjakan sampai hampir lima kali lipat, volume impor beras tersebut masih terlalu kecil bila dibandingkan dengan produksi beras di dalam negeri yang mencapai 45 juta ton dalam setahun. “Kok lima kali lipat, itu kecil sekali. Tahu nggak, kita ini produksi 45 juta ton, apa sih artinya itu,” jelasnya.

BPS mencatat, pemasok beras terbesar adalah Thailand dan Vietnam. Lainnya dengan volume dan nilai yang cukup besar adalah Pakistan, India, dan Myanmar.

BACA JUGA :  Cara Membuat Kentang Mustofa yang Sangat Lezat Anti Gagal

Pemerintah memutuskan untuk tidak mengambil langkah impor menjelang akhir tahun ini. Meskipun diketahui, selalu ada kenaikan permintaan pada periode tersebut. Alasannya, pasokan tersedia cukup banyak terutama beras, cabai segar, dan bawang merah. “Ngapain lagi impor barang banyak. Orang yang impor saja tidak ada yang mau gimana? Sampai sekarang nggak ada permintaan impor,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai rapat koordinasi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/10/2016).

“Beras oke, cabai aman, bawang bagus,” tegasnya. Khusus untuk cabai merah, Enggar mengakui ada sedikit kenaikan dalam dua bulan terakhir. Ini memang diakibatkan cuaca dengan curah hujan yang tinggi. Namun sejauh ini pasokan yang tersedia mencukupi. “Cabai karena hujan, setiap hujan ini orang nggak mau panen, stok banyak, tadi dicek Dirjen Holtikultura stok banyak,” paparnya.

Rapat koordinasi dipimpin oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution. Selain Enggar, juga hadir Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Perindustrian Airlangga Hartarto.

Airlangga menambahkan, persiapan ini sangat penting untuk menjaga harg apangan tidak melonjak secara tiba. Selain komoditas yang disebutka di atas, juga turut dibahas mengenai jagung, gula dan minyak goreng. “Ini lagi dibahas mengenai strategi mengenai harga dan mengenai stok, dan juga mengenai produksi. Semuanya diwaspadai supaya tidak terjadi lonjakan harga,” papar Airlangga pada kesempatan yang sama.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman berjanji akan memecat siapapun pejabat pertanian atau Bulog yang bermain-main dengan harga padi dan jagung. Hal ini sebagaimana ia sampaikan saat berbincang dengan petani padi dari Kecamatan Pagelaran, Pandeglang, Banten, kemarin.

BACA JUGA :  Simak Ini! 5 Makanan yang Sering Dikonsumsi Ini Bisa Memperpendek Usia

Begitu ada petani padi bercerita tentang harga gabah yang kadang naik turun. Amran langsung memanggil pejabat Bulog yang kebetulan hadir. Ia meminta untuk mengecek terkait kebenaran harga jual gabah padi di bawah HPP sebesar Rp 3.700/kilogram (kg).  “Tolong tulis, bahwa harga yang di bawah ketentuan pertanian, aku pecat. Semua yang main-main, siapapun yang menyakiti rakyat, tidak ada kompromi dari saya,” ujar Amran.

Arman juga meminta Bupati Pandeglang, Irna Narulita, agar bersurat dengan Bulog setempat terkait dengan keluhan petani yang ia temui di Pandeglang.

Menurut Arman, atas perintah dari presiden, harga jagung saat ini tidak boleh di bawah minimal Rp 3.150/kg dan gabah beras Rp 3.700/kg. Kebetulan menurutnya, saat ini harga jagung sedang baik.

Ia juga mengingatkan ketika harga itu dimainkan akan memberikan kerugian sampai puluhan triliun bagi petani-petani di Indonesia. Jika harga gabah padi turun Rp 500 atau Rp 1.000 saja, menurut Amran, petani akan merugi.

Oleh sebab itu, saat ini menurut Amran pihaknya akan menjaga harga sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh kementerian pertanian. Karena jika petani rugi, Amran takut petani-petani di Indonesia akan beralih menjadi begal, pengangguran atau bahkan menjadi simpatisan teroris. “Kalau rugi petani mikir nggak nanam lagi, anaknya nggak jadi petani. Kalau nggak jadi petani dia jadi ISIS, jadi pengangguran, jadi begal,” ujar Amran. (*)

============================================================
============================================================
============================================================