Kebiasaan setiap hari rupanya bisa juga menjadi ladang bisnis bagi Anda. Seperti yang dialami pasangan Jeffry Petrus dan Novita dalam mendirikan Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan di Pasar Bersih, Sentul City.
Hesti Amelia
([email protected])
Jeffry dan Novita bercerita, awal dari usahanya ini karena sering sarapan dengan menu bubur ayam. Namun, keduanya bosan dengan sajian tuÂkang bubur ayam yang kerap monoÂton. Mendirikan usaha itu pun dengan dasar ingin memiliki sesuatu yang berbeda dengan bubur ayam biasa.
Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan didirikan sejak lima bulan lalu di Pasar Bersih Sentul City, tepatnya di pintu selatan. WalauÂpun baru berjualan bubur, bisa dilihat bubur Raos Echo lah yang paling ramai.
“Menurut pelanggan, kalau ingin makan bubur di sentul ya Cuma di pintu selatan,†ungkap Jeffry, pemilik Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan kepada Bogor Today.
Namun, Jeffry mengaku pertama berÂjualan di Sentul sama sekali tidak memiliki pelanggan, tidak seperti tukang bubur di sini yang memiliki pelanggan tetap, dan nama bubur ayam mereka sudah cukup di kenal.
“Sebelumnya, kami sudah memiliki caÂbang beberapa, tapi saya ingin fokus di SenÂtul dulu. Saya juga tidak sangka responnya seperti ini. Di sini yang jual bubur kurang lebih ada delapan pedagang disatu titik pintu selatan. Tapi delapan tukang bubur isinya sama saja,†katanya.
Pertama membuka Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan, Jeffry mendapat reÂspon yang sangat baik dan diterima oleh warÂga Sentul. Sampai sekarang, Raos Echo sudah memiliki banyaknya pelanggan dari Bogor, Cibinong, Cibubur, sampai dari Tanggerang.
“Tiap Sabtu dan Minggu, dengan adanya bubur ini mereka menyiapkan waktunya unÂtuk makan bubur di sini. Bahkan ada juga pelanggan dari Lampung. Bubur kita sudah cukup di kenal,†lanjut Jeffry.
Jeffry sangat bersyukur sekali, karena usaha ini diawali dengan diri sendiri. SamÂpai saat ini, ia sudah memiliki 10 karyawan. “Awalnya saya lebih dulu jualan di PerumaÂhan Griya Alam itu rumah saya. Hanya iseng-iseng saja, tapi responnya sangat baik. PetÂinggi Sentul banyak yang makan di sana, lalu saya disuruh untuk membuka di Pasar bersih Sentul City ini. Saya tutup di Griya Alam kareÂna pelanggannya lari kesini. Saya juga sudah kualahan di Sentul, mau gak mau saya tutup yang di sana, dan fokus di Sentul †jelasnya.
Dalam mendirikan usaha ini, Jeffry menÂgaku butuh perjuangan karena dimulai dari nol. “Dengan keadaan dari nol bisa dibilang transformasi. Ekonomi lagi morat marit, saya justru mengalami bangkit dari ketepurukan dari berjualan bubur ini,†tambah Jeffry.
Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan disajikan dengan ditaburi cheese stick, soun goreng, cakwe, dan pastinya ditambah daun seledri, bawang goreng, juga ayam. Berbeda dengan ayam yang digunakan untuk bubur ayam pada umumnya.
Untuk ayamnya, Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan ini menggunakan ayam dengan berat 12 kilo, dan paling kecil beÂratnya Sembilan kilo. “Kita treatment ayam tersebut agar rasanya seperti ayam kamÂpung,†terangnya. Bubur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan juga menyajikan sate telor puyuh, usus, ati, dan ampela.
Harga satu porsi bubur ayam ini cukup terjangkau. Kalau makan ditempat hanya Rp 10.000, sedangkan bungkus Rp 11.000. Untuk harga sate usus, ati, dan ampela Rp 3.000, dan telur puyuh Rp 4.000.
Yang membedakan, bubur di sini dengan tempat lain pasti varian toppingnya lebih banyak, non msg, dan kuahnya tanpa bahan penyedap tetapi rasanya sudah sangat gurih karena memakai kaldu ayam.
“Bubur ini punya sejarahnya, tercetus dari gudang kasih yaitu komunitas inter linÂtas lima agama yang peduli dengan orang-orang miskin. Bersyukur untuk orang-orang yang kerja di sini, selain mereka yang bekerja untuk perutnya sendiri, terutama kita pengÂhasilan dari satu bulan itu kita kalkulasi, 25 persen untuk orang miskin. Kita bagi ke linÂtas lima agama, tidak membeda-bedakan. Maksudnya kita tinggal di Sentul ini ingin membuat apa sih, tidak hanya ingin terkenal. Ada uang lebih juga harus disisihkan untuk saudara kita,†tegasnya.
Jika diperhatikan, terlihat karyawan BuÂbur Ayam Raos Echo Khas Kalimantan keÂbanyakan anak muda. “Mereka variatif dan saya sangat senang karena bukan karena keterpaksaan. Ada yang masih sekolah, pagi mereka kerja siangnya sekolah. Sorenya pun mereka kerja lagi. Mereka sangat antusias sekali dalam bekerja. Mangkanya saya suka dengan mereka, apa lagi setelah saya kasih pengarah tentang kita kerja bukan untuk diri sendiri tapi untuk orang lain,†kata Jeffry.
Menurut Jeffry, Kebanyakan usaha tanpa pemilik tidak jalan, tapi kalau dia tinggal usÂaha ini tetap jalan. Sebab Jeffry memimiliki karyawan yang selalu jujur dan bisa diperÂcaya. Namun dengan begitu, tetap saja terÂdapat kendala yang sudah ia lewati.
Kendala pertama dari hal modal. Kedua, ia juga pernah rasakan susahnya mencari sdm yang jujur. “Saya pelajari bagaimana kita bisa memanusiakan seseoarang, saya selalu tekankan karyawan saya tidak ada bos di sini. Kita ini rekan sekerja, semuanya tim dan saling membutuhkan.
“Saya selalu tanemin ke mereka rasa meÂmiliki, jadi ini bukan usaha saya. Kalau kedeÂpannya jadi besar kalian juga akan besar. Saya juga ingin kalian besar. Dan saya kasih mimpi kalau saya punya cabang kalian lah pemimÂpinnya. Tentunya kalau orang ingin jadi peÂmimpin harus dipimpin dulu,†tambah Jeffry.
Dengan jam operasional pukul 06.00- 10.00 WIB, bubur ayam Raos Eco ini dapat menjual 150 porsi di hari kerja, dan 350-400 porsi di hari libur. “Saya juga tidak menyangÂka bisa sebanyaknya ini di hari kerja, padahal target saya hanya 100 porsi saja. Apa lagi jam 09.00 WIB seringnya sudah habis duluan,†terangnya.
Menurut Jeffry, Modal awal yang diguÂnakan berkisar Rp 50 juta untuk sewa temÂpat, gerobak dan tempat tinggal. Tidak hanya bubur saja yang dijual oleh Jeffry, nantinya setelah berjualan bubur, ia ingin menjual soto yang berbeda dari soto biasanya dan juga nasi empal.
Rencananya tutup lebih malam. “Saya ingin praktek langsug di Jawa oleh saudara saya, AlÂhamdulillah saya tidak bayar, kalau bayar bisa sampai puluhan juta,†tandas Jeffry. (*)