TAK ada ekspresi spesial dari Bupati Bogor, Nurhayanti ketika mendengar Koalisi Kerahmatan hendak mengajukan nama Momon Permono dan Iwan Setiawan sebagai bakal calon Wakil Bupati Bogor hingga akhir masa jabatan 2018 mendatang. en Bogor terlihat berjalan terseok-seok untuk mencapai target sempurna di setiap bidangnya.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Nurhayanti justru mengaku belum mendengar secara langsung. Dan ia hanya menunggu usulan langsung dari partai pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti dalam Pilkada 2013 lalu sebagai pihak yang mengaÂjukan wakil untuknya.
“Setahu saya, koalisi belum mengadakan pertemuan secara lengkap yah. Saya sih menunggu usulan dari partai pengusung saja,†kata Nurhayanti kepada Bogor Today, Senin (15/2/2016).
Ketika ditanya dua ini sudah sesuai dengan kriteria yang diÂinginkannya atau tidak, manÂtan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor ini enggan menjawab dan bersikeras menunggu usulan dari partai pengusung.
“Lihat saja nanti, saya hanya menunggu usulan yang disamÂpaikan oleh koalisi partai penÂgusung secara lengkap untuk kemudian saya verifikasi dan seÂlanjutnya disampaikan ke DPRD untuk dipilih,†lanjutnya.
Setahun tanpa Wakil Bupati, membuat Kabupaten Bogor terlihat berjalan terseok-seok untuk mencapai target semÂpurna di setiap bidangnya.
Pasalnya, DPRD sendiri yang seharusnya bisa memÂberikan solusi untuk memilih seseorang untuk mendampingi Bupati Bogor Nurhayanti, malah terkesan tarik ulur dan berdebat di lingkungan interÂnalnya sendiri.
Kondisi ini menjadi sorotan Pengamat Politik dan KebiÂjakan Publik dari STKIP LeuÂwiliang, Yusfitriadi.
Dirinya menilai, memimpin Kabupaten Bogor seorang diri, Nurhayanti mulai kewalahan. Ini,karena Koalisi Kerahmatan seolah sengaja membiarkan posisi wabup kosong.
“Sebaiknya para pimpinan koalisi menanggalkan egoÂnya, karena untuk memimpin wilayah seluas Kabupaten BoÂgor, Bupati Nurhayanti, terlihat mulai kewalahan,†katanya, Minggu (14/2/2016).
Menurutnya, motor pengÂgerak utama Koalisi KerahmaÂta, yakni PPP dan Golkar belum bisa untuk bersuara mengenai siapa yang pas mendampingi Yanti hingga 2018 nanti.
“Mereka belum bisa, lanÂtaran masih terlibat konflik kepengurusan yang sampai sekarang belum selesai, artinya ada kesan posisi wabup sengaja disandera,†ujarnya.
Menurutnya, selain PPP dan Golkar, inisiatif anggota koalisi untuk melakukan percepatan pun seperti sia-sia.
“Koalisi Kerahmatan kunciÂnya ada di Golkar dan PPP. Tanpa melibatkan dua partai ini, rasanya sulit direalisasiÂkan,†ungkapnya.
Ia menambahkan, NurhayÂanti sebagai orang yang ‘diajak’ Rachmat Yasin dalam PilkaÂda 2013 lalu, tentunya ingin mendapat restu dari dua partai tersebut. Terutama PPP.
“Bu Yanti, sebagai pengÂguna tentunya ingin wakilnya mendapatkan restu dari Golkar dan PPP, sebab jika tidak akan berbahaya bagi Bu Yanti sendiÂri,†tegasnya. (*)