Nia S. Amira
[email protected]
Hidup seorang MuztahiÂdin Al Ayubi bagaikan cerita-cerita yang kerap didongengkan oleh kaÂkek-nenek kita dahulu; bahwa seÂseorang yang rajin, ulet, pantang menyerah serta sabar, hidupnya kelak akan berkecukupan. Berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian. Muztahidin pasti pernah bermimpi menjadi orang yang sukÂses dan tidak kurang apapun dalam hidup. Mimpi akan membuat orang menjadi lebih bersemangat dalam menghadapi hidup, sekeras apapun karena seseorang pasti ingin mewuÂjudkan mimpinya.
Dilahirkan di daerah Bantar Kambing pada 2 Mei 1963, MuztaÂhidin mungkin tidak pernah menÂgira bahwa kesuksesannya bisa sedemikian besarnya hingga penÂderitaan dan kesusahan bapak beÂranak 3 ini rasanya sudah terbayar lunas dengan apa yang telah dimilÂikinya saat ini.
Malang melintang menjadi orang rendahan hingga ikhlas menÂjadi kuli angkut barang dan penjual tas kresek di Pasar Anyar, Bogor, Muztahidin yang suka bergurau jika sedang memberikan pengarahan ini bukanlah kacang yang lupa kulitÂnya. Semangat tinggi ingin menjadi orang yang sukses mendorongnya melakukan pekerjaan apapun asal halal. Mengajar merupakan hobi dan sudah melekat dalam diri laki-laki bertubuh tidak tinggi ini. Setelah merasakan hidup penuh keterbatasan dalam ekonomi dan susah makan, kini dirinya adalah Ketua Yayasan Pendidikan Bogor Centre School (BORCESS) yang berÂlokasi di Jl. Salabenda. Kang Muz boleh berbangga hati melihat kemaÂjuan yang pesat dari Yayasan yang dipimpinnya.
BORCESS letaknya di Kabupaten Bogor dan berbatasan dengan KotaÂmadya Bogor. Kang Muz demikian beliau biasa dipanggil selalu berkelÂiling setiap hari memeriksa gedung-gedung dan fasilitasnya. Bagi dirinÂya, pendidikan itu sangat penting agar orang bisa bersaing di dunia pendidikan dan ini merupakan hal positif yang dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa/siswi kelak.