SEPANJANG kuartal IV-2015 lalu, kenaikan harga rumah melambat, hanya tumbuh 0,73% dibandingkan kuartal sebelumnya 0,99%.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Dikutip dari SurÂÂvei Harga PropÂÂerti Residensial yang dikeluarÂÂkan Bank IndoÂÂnesia (BI), Senin (15/2/2016), harga rumah masih naik meski lebih lambat. KenaiÂÂkan ini karena kenaikan harga bahan bangunan dan upah pekerja.
Di kuartal IV-2015, kenaiÂÂkan harga rumah paling lamÂÂbat terjadi pada rumah tipe besar (0,38%). Sedangkan rumah kecil mengalami keÂÂnaikan harga tertinggi, yaitu 1,04% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Wilayah yang mengalami kenaikan harga rumah terÂÂtinggi adalah Medan, dengan kenaiakn 3,21% dibandingÂÂkan kuartal sebelumnya, lalu diikuti Bandar Lampung dengan kenaikan 2,38%.
Rumah yang naik tinggi di wilayah tersebut adalah rumah kecil. Sedangkan kenaikan harga rumah terkecil terjadi di PontiÂÂanak, sebesar 0,21% dibandingÂÂkan kuartal sebelumnya.
Secara tahunan, kenaikan harga rumah juga mengalami perlambatan. Sepanjang kuarÂÂtal IV-2015, kenaikan harga rumah secara tahunan naik 4,62%, dibandingkan kuartal IV-2014 yang naik 6,29%.
Kenaikan harga rumah terÂÂtinggi tetap terjadi pada rumah tipe kecil. Sementara wilayah dengan kenaikan harga rumah tertinggi adalah di Batam (17,77%) dan Makassar (13,12%).
PENJUALAN MELAMBAT
Lambatnya kenaikan harÂÂga rumah ini sepertinya diseÂÂbabkan oleh perlambatan penjualan yang terjadi.
Sepanjang kuartal IV- 2015, penjualan properti resÂÂidensial melambat menjadi 6,02% dibandingkan kuartal sebelumnya 7,66%.
Perlambatan terjadi di semua tipe rumah, terbesar terjadi pada rumah tipe besar. Kondisi ini diduga akibat kondisi perekoÂÂnomian yang melambat sehingÂÂga memengaruhi penurunan permintaan properti.
Lalu bagaimana prospek di tahun ini? BI dalam surveinya mengatakan, kenaikan harga rumah masih akan berlanjut di kuartal I-2016 ini. Kenaikan harÂÂga rumah diperkirakan mencaÂÂpai 0,44%, melambat dibandingÂÂkan kuartal sebelumnya 0,73%.
Kenaikan rumah terenÂÂdah masih akan terjadi untuk rumah tipe besar. Sedangkan daerah yang mengalami kenaiÂÂkan rumah terendah adalah Batam dan Medan, yang diÂÂperkirakan tidak mengalami perubahan harga.
Secara tahunan, kenaikan harga rumah di kuartal I-2016 juga masih akan melemah.
Sebagian besar responden dalam survei BI mengatakan, fakÂÂtor utama yang dapat mengamÂÂbat pertumbuhan bisnis properti adalah bunga KPR, uang muka rumah, kenaikan harga bahan bangunan, dan perizinan.
Berdasarkan survei itu, bunga KPR tertinggi terjadi di Maluku Utara (12.95%) seÂÂdangkan terendah di Nangroe Aceh Darussalam (10,29%).
Hasil survei ini juga menÂÂgungkap, 75,77% konsumen membeli rumah dengan fasilitas KPR. Bunga KPR dalam survei itu disebutkan berkisar antara 9%-12%.
Pada kuartal IV-2015, peÂÂnyaluran KPR dan KPA oleh perbankan tercatat Rp 337,38 triliun, tumbuh 1,17% dibandÂÂingkan kuartal sebelumnya.
Dari total KPR yang dikucurÂÂkan bank sepanjang 2015, seÂÂbanyak 8,17% diberikan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) lewat Fasilitas LiÂÂkuiditas Pembiayaan PerumahÂÂan (LFPP) dari pemerintah.
Pencarian FLPP hingga kuartal IV-2015 mencapai Rp 6,06 triliun. FLPP memiliki bunga 5% dengan jangka wakÂÂtu maksimal 20 tahun. (dtc)