syarifahPADA tanggal 31 Nopember 2015 di Bogor, telah dilaksanakan kegiatan simposium pemuda dengan tema Peran Pemuda Kabupaten Bogor Versus Bonus Demografi. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama berbagai pihak, yaitu Lembaga Pengkajian Keagamaan dan Pendidikan Ulama (LPKPU), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. Bogor, Peserta Pendidikan Kader Ulama (PKU) Angkatan ke IX, Majelis Belia Malaysia, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bogor, aliansi pemuda Muhammadiyah, serta aliansi pemuda karang taruna Kabupaten Bogor.

Oleh: SYARIFAH GUSTIAWATI MUKRI
Dosen Tetap Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor

Pertemuan tersebut memberi arti penting dalam pembangunan gerakan pemuda, bu­kan hanya pada level nasional namun juga pada level in­ternasional. Bagi Indonesia sendi­ri, gerakan tersebut memberikan implikasi semakin pentingnya posisi pemuda dalam konteks bo­nus demografi sebagai intelectual capital bagi bangsa yang besar.

Bonus demografi merupakan kesempatan emas yang dapat dinikmati suatu negara, sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif rentang usia 15-40 tahun dalam evolusi kepen­dudukan yang dialaminya.

Bonus demografi merupakan masa transisi demografi, yaitu terjadinya penurunan tingkat ke­matian yang diikuti dengan penu­runan tingkat kelahiran dan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan penduduk usia produktif secara optimal.

Dengan demikian, bonus de­mografi akan menjadi kesempatan besar, jika banyaknya penduduk usia produktif seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Jepang pada tahun 1950 per­nah mengalami bonus demografi, meskipun mereka telah mengala­mi kekalahan dalam perang dunia kedua pada tahun 1945. Sebagaima­na Korea pada tahun 1950, mereka disebut sebagai negara termiskin di Asia. Namun akhirnya, Korea mampu bangkit pasca kemiskinan, dengan memanfaatkan bonus de­mografi yang dapat melahirkan ide besar dari kelompok kecil.

Demikian pula halnya bangsa In­donesia, harus mempersiapkan diri dalam menghadapi bonus demo­grafi, sehingga bonus usia produktif tersebut tidak menjadi sia-sia, tetapi dapat dirasakan kemanfaatannya untuk kemajuan bangsa.

Gerakan pemuda ini, secara simultan dilakukan oleh seluruh organisasi kepemudaan bertujuan untuk mewujudkan visi kabu­paten Bogor menjadi Kabupaten Termaju di Indonesia.

BACA JUGA :  KURANG ELOK PRAMUKA BERUBAH DARI EKSKUL WAJIB JADI PILIHAN

Sehingga, jika dapat dimanfaat­kan dengan baik, gerakan ini akan membawa Indonesia mampu bang­kit dari kemiskinan, keterbelakangan mental, menjadi salah satu nega­ra yang paling berpengaruh dalam melahirkan ide besar dari komu­nitas kecil, sebagai poros intectual capital modal dalam pendidikan dan inovasi, sekolah negarawan, dan menjadi bangsa yang disegani.

Kolaborasi kepemudaan antar negara Asean merupakan salah satu rangkaian dari upaya mem­bentuk lembaga multilateral, yang berfungsi untuk melakukan ker­jasama kepemudaan.

Dalam kesempatan ini, ketua pemuda Belia Malaysia Muham­mad Sherhan Nezam mengajak bekerjasama dalam program In­ternasional Asean Belia, isu pem­bangunan belia dan penduduk, yang setiap tahunnya dapat menerima 10 orang perwakilan.

Pria yang juga sebagai ket­ua umum belia pusat Malaysia menjelaskan bahwa kunjungan­nya ke Indonesia, untuk berbagi pengalaman terkait pola pemerin­tah Malaysia dalam mengakomo­dir pemuda dalam pembangunan.

Adapun beberapa Program yang dapat dikerjasamakan an­tara pemerintah Indonesia dan Malaysia yaitu Internasional Pro­gram Asean Belia, Isu Pembangu­nan Belia dan Penduduk, Youth Development Intensive Program, Internasional youth center, dan kajian tentang Belia Asean Youth.

Pemerintah Malaysia fokus mencari calon pemimpin-pemimpin muda dengan kategori usia 15-30 tahun melalui program ka­pal pemuda Asia Tenggara dan jepang selama 53 hari, sebanyak tiga orang pemuda yang terbaik dari setiap 14 propinsi/negri di Ma­laysia diutus menjadi perwakilan program calon pemimpin muda oleh group wakil presiden pemikir muda, sedangkan tehnik pemilihan banyak mencontoh dari Indonesia.

Program tersebut telah meluas ke 18 titik propinsi/negri di Malay­sia, dan telah membentuk himpu­nan muda bidang pembedahan bibir sumbing, community Majlis Indonesia, resolusi kabut asap dengan melaksanakan memoran­dum kepada kerajaan Malaysia un­tuk mendesak dan menegur keras terhadap perusahaan-perusahaan yang terlibat pembakaran hutan.

Sebanyak 40 organisasi di bawah kementrian pemuda belia dan sukan menghimpun komu­nitas pemuda Malaysia dengan fungsi dan maksud perhimpunan yang sama, setiap organisasi me­miliki baju seragam yang mewakili komunitas masing-masing.

Di antara program Asean yang direncanakan Putra Jaya, adminis­trasi center atau pusat pentadbiran negara, antara lain pertukaran pemuda antar negara asean, bela­jar pengalaman program remaja di luar negri, memperluas jaringan networking, program-program ke­ahlian hidup seperti Asean Youth Consulte office Malaysia, kerjasa­ma dengan India focus pada social community, institusi kerja sosial, program himpunan wanita sedu­nia, ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) Program NU dan ABIM.

BACA JUGA :  DARI PREMAN TERMINAL, SEKDES HINGGA ANGGOTA DPRD PROVINSI JABAR

Pada tahun 2012-2028 Bangsa Indonesia mengalami bonus de­mografi, hal tersebut menjelaskan bahwa Indonesia masih memiliki banyak waktu untuk menyiapkan penduduk usia produktif yang menjadi peran utama dalam pe­manfaatan bonus demografi.

Usia produktif tersebut berkisar 20-30 tahun, di usia tersebut mereka dapat menunjukkan jati dirinya di tingkat nasional.

Berdasarkan data kependudu­kan di Indonesia terdapat 60 juta anak muda dari 200 juta jumlah penduduk Indonesia, kabupaten Bogor saja jumlah penduduknya mencapai 5 juta sedangkan 60 % atau tiga juta dari jumlah total pen­duduk Bogor adalah anak muda.

Momentum Indonesia dalam memanfaatkan pemuda sebagai calon pemimpin bangsa adalah keniscayaan, kesempatan tesebut dilakukan secara simultan oleh se­luruh organisasi kepemudaan.

Pola gerakan bersama yang dapat dilakukan yakni dalam meningkatkan kualitas pemuda melalui peningkatan pendidikan, ketrampilan dan kesehatan, serta kemampuan bangsa dalam meny­iapkan lapangan pekerjaan bagi para tenaga kerja sesuai dengan kemampuan pendidikan dan ket­rampilan yang dimiliki, sehingga mereka mampu memperoleh pendapatan yang dapat meno­pang kehidupan diri sendiri dan keluarganya, terutama orang yang menjadi tanggung jawab mereka diusia non produktif.

Jadi, untuk mendapatkan hasil pemanfaatan yang maksimal, ti­dak hanya diperlukan kerja keras oleh organisasi kepemudaan saja, melainkan seluruh komponen ke­hidupan.

Indonesia disinyalir memiliki kekuatan ekonomi di dunia 20 ta­hun ke depan, sedangkan realitas menunjukkan bahwa indeks IPM Indonesia berada diurutan 108 di dunia, sementara di negara Asean Indonesia berada di urutan ke­lima bahkan di bawah Malaysia, untuk itu Indonesia harus fokus pada program pembangunan sumber daya manusia, yaitu pro­gram menanam manusia untuk 25 tahun ke depan sebagai wujud intelektual capital, dan memanen­nya 30-40 tahun berikutnya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================