WASHINGTON TODAY – Badan Kes­ehatan Dunia (WHO) telah mengum­pulkan komite darurat untuk mem­bahas penyebaran virus Zika. Virus ini dihubungkan dengan banyaknya kerusakan otak pada bayi.

“Tahun lalu, penyakit ini terde­teksi di Amerika, yang merupakan lokasi penyebaran yang eksplosif,” kata General Director WHO Margaret Chan di Geneva seperti yang dilansir The Guardian, Jumat (29/1/2016).

Virus ini sekarang terdeteksi su­dah menyebar di 23 negara yang be­rada di Amerika. Penyebaran virus ini membuat pemerintah didesak untuk melarang wanita hamil pergi ke area yang sudah terinfeksi. Hing­ga saat ini, belum ada vaksin untuk mengobati virus tersebut. Virus juga dikaitkan dengan microcephalus, yaitu kondisi serius yang dapat me­nyebabkan gangguan perkembangan seumur hidup.

Menurut Chan, level dari alarm penyakit ini sangat tinggi. Indikasi terjangkitnya virus selalu dihubung­kan dengan kondisi bayi yang lahir dengan kepala kecil. Hubungan an­tara Zika virus, kelahiran tidak nor­mal, dan sindrom neurologi belum diketahui, tapi hal ini dicurigai saling berhubungan.

Ada empat hal yang harus di­waspadai oleh Chan. Pertama, ada kemungkinan virus ini berkaitan dengan malformasi dan sindrom neurologis. Kedua, ada kemungki­nan penyebaran virus lebih luas den­gan perantara nyamuk. Ketiga, ma­sih kurangnya imunitas di areal yang terinfeksi. Yang terakhir, ketiadaan vaksin untuk virus ini.

Hal ini ditambah dengan El Nino yang diperkirakan akan meledakkan populasi nyamuk. Untuk itu, Chan memutuskan membentuk komite darurat di bawah regulasi kesehatan internasional. Komite ini akan berte­mu pada Senin dan akan menyarank­an tindakan serta pengukuran spesi­fik pada negara yang terinfeksi dan lokasi lainnya.

Sejak September, Brazil melapor­kan terdapat 4.000 kasus bayi men­galami microcephaly. Presiden Brasil Dilma Rousseff telah menyatakan perang melawan nyamuk Aedes Ae­gypti yang menyebarkan virus ini. Negara tersebut berfokus membasmi lokasi pembiakan nyamuk.

Praktisi klinis kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya (PAPDI Jaya), Dr Ari Fahrial Syam, mengatakan, antisipasi terha­dap penyebaran virus Zika yang me­wabah di Amerika Latin serupa den­gan pencegahan demam berdarah. “Pencegahan sama seperti pencega­han infeksi demam berdarah yaitu pemberantasan sarang nyamuk,” kata Syam, kemarin.

Syam memaparkan, panyakit virus Zika sama seperti infeksi vi­rus demam berdarah yaitu penyakit yang bisa ditekan kasusnya jika kita dapat melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Langkah tersebut bisa berupa menemukan jentik dan menyosialisasikan 3 M (Mengubur, Menguras dan Menutup) yang su­dah menjadi slogan Kementerian Kesehatan yang diterapkan seperti mengubur barang bekas, menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan Air dan pem­berian abate.

Ari juga mengungkapkan, virus Zika merupakan Flavivirus kelom­pok Arbovirus bagian dari virus RNA yang pertama kali diisolasi pada 1948 dari monyet di Hutan Zika Uganda, jadi Zika sendiri merupakan nama hutan tempat di mana virus ini ber­hasil diisolasi.

Ia mengemukakan, penularan virus Zika sama seperti virus demam berdarah yaitu oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi pemba­wa virus Dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah Dengue. “Infeksi demam berdarah Dengue sendiri saat ini jumlah kasusnya me­ningkat di Indonesia yang memang sering terjadi pada musim hujan. Seperti kita ketahui bahwa selain menjadi vektor atau pembawa virus Dengue dan virus Zika, nyamuk ini juga membawa virus Chikungunya,” jelasnya.

Dalam laporan WHO disebutkan bahwa penyakit tersebut menyebar dengan cepat hingga ke-21 negara dan wilayah di kawasan itu sejak Mei 2015 karena rendahnya kekeba­lan tubuh di antara warga terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus Zika.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================