HARGA daging sapi tak kunjung mengalami penurunan, masih bergejolak di pasar. BerdasarÂkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, rata-rata naÂsional harga daging sapi selama ramadan masih berada di Rp120 ribu an per kg. Malahan yang terbaru adalah penemuan adanya daging impor ilegal yang menyusup ke pasar.
Berbagai cara yang dilakukan pemerintah unÂtuk menekan tingkat kenaikan harga sapi salah satunya mendorong peningkatan penjualan sapi lokal dari NTT. Guna memangkas biaya transpoÂtasi pengiriman antar pulau pemerintah memÂbuat kapal khusus pengangkut ternak sapi yang diberi nama KM Camara Nusantara 1 dengan daya tampung 500 ekor.
Langkah pemerintah ini patut diapresiaÂsi karena memiliki tujuan untuk mendorong harga sapi lokal yang lebih kompetitif dibandÂing dengan harga sapi Australia yang diklaim lebih murah karena memiliki transpotasi khuÂsus pengangkut sapi. Pemerintah berharap denÂgan penyediaan kapal angkut khusus sapi dapat menekan harga sapi di Jakarta dan sekitarnya menjadi Rp72.000—Rp 80.000 per kg.
Upaya pemerintah tersebut tidak sepenuhnya efektif, karena tidak menyentuh seluruh permaÂsalahan yang ada. Misalkan, biaya penurunan memang ada tapi hanya terjadi pada sektor biaya pengiriman sapi dari 1,4 juta per ekor menjadi 1,1 juta per ekor. Sementara itu, biaya penggemukan di karantina menjadi tanggung jawab pemilik sapi yang mencapai Rp200.000 – Rp 300.000 per ekor per hari.
Selain itu, untuk mendorong serapan daging sapi lokal pemerintah harus menjaga kesinambunÂgan pengiriman sapi lintas daerah. Jangan sampai masalah kapal angkut ternak sapi yang kosong tanÂpa muatan terulang kembali. Karena akan memÂpengaruhi keseriusan pemerintah dalam menanÂgani permasalahan harga daging sapi.