JAKARTA TODAY- Badan Pusat Statistik (BPS) kembali membantah soal turunnya daya beli masyarakat. Memang, secara persentase, pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat, namun secara nominal, meningkat.

“Saya gambarkan, misalnya, pada kuartal I 2016 rata-rata konsumsi per kapita itu hanya Rp4,8 juta, tetapi kuartal II ini Rp5,07 juta. Secara nominal naik, tetapi pertumbuhannya agak turun,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam diskusi ‘Indonesia di antara Pertumbuhan Ekonomi dan Anjloknya Daya Beli’ di Gedung Nusantara III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (14/8).

Pria yang akrab disapa Kecuk ini mengingatkan, konsumsi masyarakat tetap tumbuh pada kuartal I 2017, meskipun tipis. Sepanjang kuartal II lalu, konsumsi rumah tangga masih tumbuh 4,95 persen secara tahunan (yoy), naik dari kuartal sebelumnya 4,95 persen.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Wakil Indonesia di Final Swiss Open 2024

Jika dibedah, beberapa subsektor konsumsi bahkan masih tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,01 persen. Misalnya, konsumsi rumah tangga untuk sektor makanan dan minuman (mamin) selain restoran pada kuartal II masih tumbuh 5,24 persen atau lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2017 sebesar 5,21 persen. 

Kemudian, pertumbuhan sektor restoran dan hotel, pada April-Juni juga naik dari sebelumnya 5,43 persen menjadi sebesar 5,87 persen. Hal ini mengindikasikan peralihan pola konsumsi masyarakat.

BACA JUGA :  Tuban Jatim Diguncang Gempa Magnitudo 3,7

Menurut dia, perlambatan pertumbuhan daya beli menjadi perhatian karena tidak sesuai ekspektasi. Dalam hal ini, konsumsi rumah tangga yang tadinya diharapkan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun hanya terealisasi sebesar 5,07 persen. Hal ini dikarenakan ada ‘janji manis’ dari tren belanja di puasa dan lebaran.

============================================================
============================================================
============================================================