bahagia-foto
Oleh: Bahagia. Alumnus Fakultas Pertanian UGM, Sedang Menempuh Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB dan dosen Tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor
 
Berita tentang harga cabai yang meroket masih hangat dalam kehidupan kita. Kini petani kembali gagal menjadi petani sejahtera setelah ribuan hektar padi terserang hama wereng dan ulat grayak.Saat ini, lebih dari 1.000 haktare tanaman padi rusak akibat digasak hama dan penyakit (hapen) (Republika, 2017). Data ini menggambarkan bahwa pembangunan pertanian masih penuh dengan masalah.
Persoalan hama juga bukan lagi persoalan yang baru. Dari dulu masalah pertanian selalu berhadapan dengan hama dan perubahan iklim. Hama pada prinsipnya menyerang tanaman padi karena keseimbangan ekosistem rusak berat. Pada prinsipnya alam semesta mempunyai sistem dan keseimbangan. Meningkatnya populasi hama karena kerusakan sistem pada ekosistem. Hama seperti wereng memiliki musuh alami.
Prinsip hubungan antara predator dan musuh alami sudah rusak. Musuh Alami yang mengkonsumei wereng punah. Selama ini keberadaan sarang laba-laba sangat disepelaken oleh petani. Katak yang ada disawah juga diburu dan dijual. Burung-burung pemakan serangga nyaris mati. Keberadaan laba-laba di alam sangat menguntungkan karena banyak hama wereng yang tertangkap pada jaring-jaring laba-laba.
Hampir semua jenis serangga dikonsumsi oleh laba-laba. Katak dan kodok juga mempunyai peran yang sama. Memakan berbagai jenis serangga di sawah. Hanya saja musuh alami ini mati dan punah. Bersamaan dengan pengendalian menggunakan pestisida. Petani selalu beranggapan kalau pestisida menjadi solusi bukan melestarikan kekuatan alami. Memang hama yang disemprot dengan pestisida langsung mati.
Satu sisi musuh alami juga ikut mati. Sayangnya perkembangbiakan hama lebih cepat dibandingkan dengan musuh alaminya. Akhirnya hama makin banyak dan musuh alami punah. Penyemprotan pestisida akhirnya makin sering dilakukan. Makin banyak lagi musuh alami yang punah. Makin banyak lagi hama yang kebal. Populasi serangga tidak lagi dapat dikontrol. Bukan hanya hama wereng yang bertambah banyak tetapi hama golongan dari Orthoptera (famili belalang) juga makin banyak. Daun padi akhirnya banyak yang rusak. Proses fotosintesis akhirnya terganggu.
Ikan dan belut di sawah juga ikut mati bersama dengan cara pengendalian hama ini. Lahan makin tahun makin pekat dengan pestisida. Anehnya lagi, tidak hanya satu jenis pestisida yang digunakan. Berganti-ganti merek dengan percobaan dosis yang tinggi. Serangga tetap tidak bisa mati. Kesalahan kadang terletak pada waktu penyemprotan. Sebagian besar hama seperti wereng dan ulat grayak menyerang pada waktu malam hari.
Saat penyemprotan dilakukan pada siang hari maka sudah salah waktu penyemprotan. Kondisi saat itu juga musim penghujan. Pestisida akhirnya terbuang dan tidak meracuni ulat grayak dan hama wereng. Penyemprotan juga harus benar caranya. Biasanya ulat grayak bersembunyi dalam tanah pada siang hari. Hama wereng juga bersembunyi di sebalik daun padi.
Metode penyemprotan pada permukaan daun menyebabkan hama tidak terkena pestisida. Sampai kapanpun hama tidak mati. Selain masalah hama, kegagalan produksi padi pada daerah di Jawa diakibatkan oleh memburuknya kualitas ekologis, alih fungsi lahan ke Industri, perkantoran, dan perumahan. Kondisi ekologis seperti tanah makin dikhawatirkan kesuburannya karena lahan sering banjir.
Makin banyak unsur hara yang tercuci. Jangka panjang tanah menjadi gersang dan kering. Untuk mengatasi masalah ini. Ada beberapa yang harus dilakukan. Pertama, jadwal tanam serempak. Kelompok petani suatu daerah harus sepakat untuk menanam padi secara bersamaan. Terutama pada daerah sentra pangan seperti propinsi Jawa Barat.
Kelompok petani pada wilayah pantura (pantai utara) mulai dari Subang, Pamanukan sampai dengan daerah Indramayu. Penanaman serempak pada wilayah ini dapat mengurangi jumlah hama. Hama pada prinsipnya mempunyai kemampuan untuk berpindah pada daerah lain. Dikhawatirkan apabila kelompok petani di Karawang telah melakukan penanam padi sementara daerah subang belum. Hama akan berpindah ke daerah Subang.
Hama mamalia seperti tikus dapat mendeteksi ada atau tidak makananan dari jarak yang jauh. Serangan makin berat pada saat kelompok petani suatu daerah tidak sepakat. Misalkan, kelompok petani pada daerah Karawang tidak sepakat dan tidak bersama. Kedua, mempelajari siklus perkembangbiakan hama. Ulat grayak apabila sudah dewasa akan menjadi kupu-kupu. Hama ini berbahaya bagi tumbuhan pada saat fase telur dan fase ulat.
Sedangkan pada saat fase kupu-kupu tidak berbahaya bagi tananam padi. Pengaturan tanam harus disesuikan dengan fase hama ini. Usahakan padi sudah dipanen sebelum ulat itu menetas. Saat telur menetas dan menjadi ulat maka saat itu padi harus sudah panen. Sama halnya dengan pengendalian tikus. Hidup tikus mempunyai fase. Fase tikus masih bunting merupakan fase berbahaya sampai tikus dewasa.
Ketiga, pengendalian hama tikus sangat mudah. Secara teknis, lakukan penanaman padi di tengah-tengah sawah sebelum menanam padi secara keseluruhan. Padi yang ditanam ini sebagai perangkap bagi hama tikus. Hanya beberapa meter sebagai pancingan kepada tikus. Kemudian pasang perangkap sehingga tikus yang sudah dewasa banyak yang tertangkap. Populasi hama tikus akhirnya berkurang. Untuk berkembang biak lagi membutuhkan waktu.
Setelah itu, lakukan penanaman pada keseluruhan lahan sawah dengan padi. Cara lain dapat dilakukan dengan cara menternakkan burung hantu. Teknisnya, buat kandang burung hantu ditengah-tengah sawah. Setiap saat burung hantu dapat memakan tikus, menyakiti dan menakuti tikus. Tikus akhirnya takut keluar kandang. Sementara untuk mengendalikan hama wereng. Buatkan kolam kecil ditengah-tengah sawah.
Kemudian pasang lampu sebagai penerangan jika sudah terlanjut dilakukan penanaman. Semua hama jenis apapun akan mendatangi lampu. Pasang lem hama sehingga hama banyak yang melekat pada lem tersebut. Hama wereng juga banyak yang jatuh pada kolam kecil. Budidayakan ikan sebagai pemakan serangga pada tengah sawah. Dengan cara ini hama wereng dan tikus dapat di atasi. Sama halnya dengan ulat grayak. 
Keempat, penyuluhan hama dan perubahan iklim. Gagalnya panen padi pada daerah sentra padi seperti Karawang terletak pada kurangnya pengetahuan petani terhadap siklus hama dan strategi adaptasi. Realita ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa penyuluhan pertanian belum sepenuhnya merubah perilaku. Intesitas penyuluhan dan perubahan materi mutlak harus dilakukan.

Terakhir, pemerintah harus serius untuk memgembangkan pertanian organik. Gunakan pestisida nabati. Petani dalam kelompok harus dilatih agar mengetahui fungsi dari tumbuhan untuk pestisida. Misalkan, kegunaan daun mindi untuk pestisida nabati. Daun tembakau yang juga dapat digunakan untuk pestisida nabati. Pengendalian hama dengan cara seperti ini dapat mengurangi kepunahan musuh alami dan membuat ekosistem seimbang kembali

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR
============================================================
============================================================
============================================================