Catatan Spiritual Perjalanan Umroh (4-Habis)

IMG-20170218-WA0001

Gambar 1.1 Kota Makkah dilihat dari Puncak Jabal Nur

BEGITU tiba di Makkah, kami bergegas menuju Masjidil Haram. Hanya mampir beberapa menit saja dihotel untuk menaruh barang-barang yang tak diperlukan dalam menjalani prosesi umroh. Rasa letih setelah menempuh perjalanan dari Madinah ke Makkah hilang begitu saja ketika melihat gemerlapnya lampu di sekitar Masjidil Haram.

Ustadz Udin memandu rombongan untuk memasuki Masjidil Haram yang jaraknya sekitar 650 meter dari hotel tempat jamaah menginap. Langkah demi langkah tak terasa, saya dan rombongan sudah berada di pelataran Masjidil Haram. Kami masuk dari pintu King Abdul Aziz yang mudah untuk menuju Ka’bah.

Begitu memasuki Masjidil Haram jantung saya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Ustadz Udin meminta semua anggota rombongan berkumpul di area yang lurus dengan multajam. Begitu melihat Ka’bah, persis persis lurus dengan pintu Ka’bah, jantung saya berdetak lebih keras dan lebih cepat lagi. Sebagian besar jamaah satu rombongan dengan saya tampak tak kuasa lagi menahan tangis haru dan bahagia. ‘’Seperti tengah bermimpi,’’ kata salah satu anggota rombongan berujar. Daya getar Ka’bah memang luar biasa. Subhanallah.

Prosesi sa’I berjalan dengan lancar karena jumlah jamaah yang melakukan tawaf tidak terlalu padat karena sudah pukul satu dini hari. Setelah istirahat sejenak, kami langsung melakukan sa’I mengelilingi bukit Safa dan Marwah. Yang menarik selama menlakukan prosesi umroh dan selama di Makkah, saya mengalami tiga hal yang membuat saya termenung.

BACA JUGA :  Gula Darah Naik saat Lebaran Bisa Disebabkan 8 Makanan dan Minuman Ini

Tiga hal yang saya alami adalah pertama, saya selalu mudah mendapatkan air. Kedua, saya dipandu dan diajak berkunjung ke Masjid Pohon. Ketiga, setiap melakukan solat sunah selalu ada wanita yang lewat di depan saya, sekalipun solat itu dilakukan di tempat pria.

Tetang kemudahaan mendapatkan air, setiap ke Masjidil Haram saya berusaha tawaf. Biasanya sehabis tawaf orang antre mengambilair zam zam untuk menghilangkan rasa haus atau untuk berwudlu bagi yang batal. Di saat berada di antrean panjang inilah saya selalu ada yang memberikan segelas air zam zam dari orang yang tidak saya kenal. Kejadian ini beruang hingga lima kali. Sumbahanallah…

Tentang wanita yang selalu muncul saat saya solat, tak bisa diceritakan secara detil. Yang pasti wanita itu selalu berparas cantik, bermata biru seperti orang Persia, dan selalu nyaris membuat saya batal solat karena saya terkejut melihat wanita yang tiba-tiba berdiri di depan saya saat bangkit dari ruku. Astagfirullah….

Soal Masjid Sajar (Masjid Pohon) saya sudah tanyakan kepada banyak teman dan saudara yang pernah umroh atau berhaji, mereka tak tahu ada Masjid Pohon di Kota Makkah. ‘’Kalau Masjid Jin ada dan kami pernah dibawa lewat ke masjid itu,’’ kata seorang teman.

Padahal letak Masjid Pohon itu persis di seberang Masjid Jin, yakni di kawasan Saef Amir Gazzah, persis di bawah fly over. Ustadz Udin berkisah bahwa Masjid Pohon dulunya di lokasi itu terdapat sebuah pohon besar. Sementara Masjid Jin yang ada di seberangnya adalah merupakan tempat para jim kali pertama masuk Islam.

BACA JUGA :  Hilangkan Kerutan dan Wajah Kendur, Wajah Kencang Bebas Noda Hitam Hanya dengan Jeruk Nipis, Ini Dia Caranya

Di Masjid Jin ini Rosulullah mengajak para jin untuk masuk Islam. Namun sebelum para jin itu mengucapkan sahadat, menguji kenabian dan kerosullan Muhammad SAW. ‘’Ya Muhammad, jika benar engkau seorang Nabi dan Rosul, coba pohon di seberang itu perintahkan suruh berjalan,’’ kata para jin kepada Rosulullah.

Ajaibnya, atas kehendak Allah, Muhammad belum memerintahkan, pohon itu sudah berjalan sesuai yang inginkan para jin. Dan, para jin pun mengucapkan kalimat sahadat. Mereka masuk Islam secara bersama-sama. Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, dibangun dua masjid yang berseberangan, yakni Masjid Jin dan Masjid Pohon. Subhanallah…

Sebelum berangkat umroh, dua tahun terakhir ini memang kegiatan saya menanam pohon setiap hari di sekolah-sekolah dan kantor-kantor. Pada kesempatan menanam pohon ini saya selalu memotifasi masyarakat dengan menceritakan tiga keindahan surga seperti yang diceritakan dalam Alquran. Tiga keindahan surga yang saya maksud adalah pohon, air sungai, dan wanita (bidadari). Apakah ada hubungan antara yang selalu saya ucapkan selama dua tahun terakhir di Bogor dengan apa yang saya alami di Makkah? Wallahualam. (Alfian Mujani|habis)

============================================================
============================================================
============================================================