Oleh : Rr Vincie Apriany, SST

(Statistisi BPS Kota Bogor, Alumnus STIS Jakarta)

Naik-turun, itulah yang terjadi pada (agregat) harga, kurun waktu Juli-Agustus 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga secara agregat pada Juli lalu (inflasi 0,28%) dipicu oleh kenaikan harga kelompok bahan makanan (0,86%). Sumbangan terbesar adalah komoditas telur ayam ras (0,08%) dan daging ayam ras (0,07%). Seperti yang telah diperkirakan banyak kalangan, bulan berikutnya harga kedua komoditas tersebut (telur dan ayam) akan segera pulih kembali. Rupanya Pemerintah telah memperhatikan pentingnya teori pasokan (supplay). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan), menjamin pasokan telur dan ayam selama perhelatan akbar Asian Games 2018. Dengan tersedianya pasokan telur dan ayam yang mencukupi, akan menekan harga kedua komoditas tersebut menjadi turun.

BACA JUGA :  PENTINGNYA SERAGAM SEKOLAH UNTUK KEBERSAMAAN

Deflasi

Berdasarkan data Kementan, pada Agustus lalu, produksi telur diperkirakan surplus sekitar 23 ribu ton, sedangkan surplus ayam diperkirakan mencapai 42 ribu ton. Jaminan ketersediaan telur dan ayam pada Agustus lalu oleh Kementan ternyata ampuh menurunkan harga kedua komoditas tersebut. Rilis data BPS, pada Agustus terjadi deflasi sebesar 0,05%. Sama halnya dengan inflasi Juli, kelompok bahan makanan sebagai andil terbesar (1,1%) dalam deflasi Agustus. Komoditas kontribusi dominan dalam deflasi adalah telur ayam ras (0,06%), bawang merah (0,05%), daging ayam ras dan bumbu-bumbuan lainnya masing-masing 0,02%. Terbukti, bahwa dengan menjaga supplay, inflasi dapat terkendali.

Kesejahteraan Petani

Menurut Prof. Firmanzah, Ph.D. (Rektor Universitas Paramadina, mantan Dekan FEUI), inflasi yang terlalu rendah, bahkan di level deflasi, akan menekan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, inflasi yang terlalu tinggi, akan membuat daya beli masyarakat turun, mengakibatkan roda perekonomian tidak berjalan. Menurutnya, menjaga angka inflasi perlu memperhatikan dua faktor sekaligus, yaitu level inflasi yang membuat denyut perekonomian bisa optimum dan sekaligus tidak membuat daya beli masyarakat turun. Sejalan dengan konsep tersebut, pada Agustus lalu, terjadi deflasi, dan daya beli petani meningkat. Ukuran daya beli petani dimaksud berdasarkan angka nilai tukar petani (NTP). Karena, NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. BPS mencatat, angka NTP Agustus 2018 (102,56) naik 0,89 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Jadi, Agustus deflasi, petani sejahtera. (*)

BACA JUGA :  PENTINGNYA SERAGAM SEKOLAH UNTUK KEBERSAMAAN
Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================