Oleh : Heru B Setyawan (Pemerhati Politik)

Perhelatan Pilwalkot Kota Bogor 2018 sebentar lagi akan dilaksanakan, karena waktu pendaftaran bagi pasangan calon yang ditetapkan pada tanggal 8 sampai 10 Januari 2018. Selanjutnya , penetapan pasangan calon dilakukan pada 12 Februari 2018. Jadi tinggal menghitung hari saja, menurut penyanyi Krisdayanti. Sampai opini ini ditulis (23/12) baru satu pasangan yang sudah pasti, yaitu pasangan perseorangan Edgar Suratman dan Sefwelly Ginanjar Djoyodinigrat. Jadi pasangan ini patut diacungi jempot dengan keberaniannya serta kepedeannya sudah lebih dulu menentukan calon pasangan F1 dan F2.

Sementara suhu politik di Kota Bogor menjelang Pilwalkot ini semakin memanas dan bikin geregetan saja, lantaran sang petahana Kang Bima Arya Sugiarto belum menentukan calon pasangannya. Sedang pasangan calon yang lain juga menunggu dan menyusun strategi, untuk menentukan pada detik-detik akhir pendaftaran pada 8 Januari 2018. Saking rumitnya untuk menentukan calon pasangan Walikota dan Wakil Walikota Bogor ini, ada istilah “korban PHP” (Pemberi Harapan Palsu) sang petahana.

Sambil menunggu kepastian pasangan calon terbentuk, tidak ada salahnya penulis memprediksi pasangan calon menurut penulis. Prediksi ini didasarkan pada hasil Pilwalkot Kota Bogor 2013, hasil Pileg 2014, koalisi yang berkembang selama ini, elaktabilitas dan kepopuleran pasangan calon, pengaruh Pilkada DKI Jakarta yang begitu luar biasa dan kondisi terkini politik di Kota Bogor khususnya serta Indonesia pada umumnya.

Untuk sementara petahana Bima Arya dari berbagai survey masih kuat dalam elaktabilitasnya. Tapi ini bukan jaminan, coba waktu Pilkada DKI Jakarta, bukankah petahana Ahok juga sangat tinggi elaktabilitasnya, tapi akhirnya  keok juga dengan Anies yang elaktabilitasnya kecil pada waktu itu. Inilah Pilkada beda dengan Pileg, dalam Pilkada faktor figur, kepribadian, kompetensi, popular dan pengalaman pasangan calon itu lebih penting dari pada asal Partai Politik (Parpol).

Menurut KPU hasil rekapitulasi Pilwalkot 2013 Kota Bogor adalah sebagai berikut. Pasangan kandidat nomor urut 1. Firman Sidik Halim-Gartono (Independen) mendapat 25.793 suara (6.43 %). 2. Bima Arya Sugianto -Usmar Hariman (PAN, Demokrat, PBB, PKB, dan Gerindra) mendapat 132.835 suara (33.14 %),. 3.  Achmad Ru’yat-Aim Halim Hermana (PKS, PPP, Hanura) mendapat 131.080 suara (32.70 %). 4.  Dody Rosadi-Untung W Maryono (PDI-P, Golkar, dan Parpol nonparlemen PKPI, PDS,  PDK, PPN, PNBKI, PIS, PNIM, PKNU, PPDI, PPRN, PPI, Barnas, PBR) mendapat 67.715 suara (16.89 %). 5. Syaiful Anwar- Muztahidin Al Ayubi (Independen) mendapat 43.448 suara (10.83 %).

Pengamat Politik Sofyan Sjaf mengatakan perolehan suara dalam Pilkada Kota Bogor yang dimenangkan tipis Bima-Usmar dengan selisih 0,44 persen (1.755 suara) dari pesaingnya  Ru’yat-Aim  merupakan kemenangan pemilih pemula dan anak usia produktif.

Sedang menurut KPU hasil rekapitulasi Pileg (Pemilu Legislatif) 2014 Kota Bogor adalah sebagai berikut,  PDI-P memimpi perolehan suara terbanyak yakni 92.673 suara (18.75 %),  Golkar 71.246 suara (14.41 %), Gerindra  56.686 suara (11.47 %), PKS 56.732 suara (11.48 %), PPP sebanyak 47.325 suara (9.57 %), Demokrat 47.083 suara (9.52 %), PAN 28.923 suara (5.85 %), Hanura 28.682 suara (5.80 %), Nasdem 21.864 suara (4.42 %), PKB sebanyak 21.324 suara (4.31 %), PBB 17.485suara (3.54 %) dan PKPI sebanyak 4.328 suara (0.88 %).

Dari data tersebut, jelas terjadi anomali, dengan melihat perbandingan prosentase hasil Pilkada Kota Bogor 2013 dengan hasil Pileg Kota Bogor 2014. Pasangan Bima Arya-Usmar dengan koalisi PAN, Demokrat, Gerindra, PKB dan PBB pada Pilwalkot 2013 memperoleh suara 33.14 %. Sementara hasil Pileg 2014 adalah PAN 5.85 %, Demokrat 9.52 %, Gerindra 11.47 %, PKB 4.31 % dan PBB  total prosentase adalah 34.69 %. Perbedaan hasil antara Pilkada dengan Pileg hanya 1.55 % artinya para pemilih pasangan ini  tetap atau tidak berubah. Dan trennya naik dari Pilkada 2013 ke Pilpres 2014.

BACA JUGA :  Todong Sajam, 2 Pengamen di Bandarlampung Coba Rampas Motor Warga

Dapat dikatakan sebenarnya Bima Arya tidak begitu luar biasa, makanya menangnya tipis terhadap Ru’yat. Lagi pula Bima didukung 5 Parpol sedang Ru’yat hanya didukung 3 Parpol. Karena Bima Arya sudah 4 tahun menjabat, maka sekarang elaktabilitasnya tinggi mengalahkan kandidat yang lain.

Pasangan Ru’yat-Aim dengan koalisi PKS, PPP, dan Hanura mendapat  suara 32.70 %. Sementara hasil Pileg 2014 adalah PKS 11.48 %, PPP 9.57 % dan Hanura 5.80 % total prosentase adalah 26.85 %. Perbedaan hasil antara Pilkada dengan Pileg lumayan besar yaitu 5.85 % artinya para pemilih pasangan ini mengalami perubahan yang cukup besar. Dan trennya turun dari Pilkada 2013 ke Pilpres 2014.

Sehingga dapat disimpulkan faktor figur Achmad Ru’yat sangat menonjol, maklum beliau adalah petahana pada waktu itu, sebagai wakil walikota. Sedang figur Aim Halim Hermana juga menonjol, karena beliau adalah Sekda Kota Bogor, Sekda adalah jabatan tertinggi di PNS.

Pasangan Dody Rosadi-Untung W Maryono  dari koalisi PDI-P, Golkar, dan Parpol nonparlemen PKPI, PDS,  PDK, PPN, PNBKI, PIS, PNIM, PKNU, PPDI, PPRN, PPI, Barnas, PBR mendapat 16.89 %. Sementara hasil Pileg 2014 adalah PDI-P 18.75 %, Golkar 14.41 %, dan PKPI 0.88 % total prosentase adalah 34.04. Perbedaan hasil antara Pilkada dengan Pileg sangat besar yaitu 17.15 % artinya para pemilih pasangan ini mengalami perubahan yang sangat besar. Dan trennya naik dari Pilkada 2013 ke Pilpres 2014.

Sehingga dapat disimpulkan pasangan ini kurang popular di Kota Bogor, terbukti banyak pemilih dari koalisi ini tidak memilih pasangan ini. Jika secara matematika hampir semua pemilih koalisi ini setia pada pasangan ini, harusnya pasangan Dody-Untung menang pada Pilkada 2013.

Jumlah Pileg 2014 pasangan Bima-Usmar 34.69 % sedang pasangan Dody-Untung 34.04 % hanya selisih 0.65 %. Sedang jumlah Pilkda 2013 pasangan Bima-Usmar 33.14 % sementara pasangan Dody-Untung hanya 16.89 % selisihnya  sangat tinggi yaitu 16.25 % sungguh terjadi anomali pemilih. Dari data ini juga bisa dikatakan, bahwa di PDI-P dan Golkar banyak pemilih masa mengambang, yang sewaktu-waktu bisa kabur dari Parpol ini, jika mereka dikecewakan oleh Parpol. Inilah koalisi terpanas Pilwalkot Kota Bogor, menurut versi penulis.

Pertama, pasangan Bima Arya Sugiarto-Sopian Ali Agam dengan koalisi PAN (3 kursi), Gerindra (6 kursi), PKS (5 kursi), dan PBB (1 kursi) total kursi 15 dan memenuhi persyaratan koalisi. Kekuatan koalisi ini adalah sebagai petahana yang didukung Parpol yang pro umat, Parpol yang nasionalis religious yaitu Partai Gerindra serta koalisi ini terkenal dengan pemilih yang loyal.

Gabungan antara Bima Arya yang petahana, doktor politik, pintar, gaul, pandai berkonunikasi, suka memotivasi, disenangi anak muda dan pemilih pemula didampingi oleh seorang Sopian yang nasionalis religius, 2 periode menjadi anggota DPRD, sekarang menjadi wakil ketua DPRD, ketua DPC Partai Gerindra, selalu turun ke bawah dengan revolusi putih yaitu memberi susu pada masyarakat, selalu melakukan pendidikan politik dengan Paradoks Indonesia.

BACA JUGA :  Profil Maarten Paes, Kiper FC Dallas jadi Pemain Naturalisasi Berdarah Kediri

Dengan diketuai oleh tim sukses PKS sebagai Parpol yang terkenal dengan mesin politik yang solid (ingat betapa hebatnya PKS dan Gerindra memenangkan Pilkada DKI Jakarta yang pada waktu itu di hanya PAN yang akhirnya mendukung koalisi ini dan semuanya mendukung Ahok, kecuali hanya Demokrat yang netral). Jadi pasangan ini kuat untuk menang.

Kedua, pasangan Usmar Harimar-Zaenul Mutaqin dengan koalisi Demokrat (5 kursi), PPP (5 kursi) dan PKB (1 kursi) total kursi 11 dan memenuhi persyaratan koalisi. Kekuatan koalisi ini adalah Usmar yang petahana, bijaksana, kebapakan, soleh, selalu turun ke bawah dengan suling (subuh keliling), rajin ke acara keagamaan, ketua DPC Demokrat, mantan anggota DPRD.

Sedang Zaenul Mutaqin adalah peraih suara terbanyak pada Pileg 2014. Popular dan modal besar, hampir disetiap sudut Kota Bogor ada poster Zaenul Mutaqin (ZM). Ketua DPC PPP, 2 periode menjadi anggota DPRD, Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat (FORMI) Kota Bogor, Ketua Umum Bandung Karate Club (BKC) Kota Bogor, Ketua Forum sepakbola Indonesia (FOSSBI) Jawa barat, Wakil Ketua DPW GP Ansor Jawa Barat. Jadi pasangan ini juga layak untuk menang.

Ketiga, pasangan Dadang Iskandar Danubrata–Heri Cahyono dengan koalisi PDI-P (8 kursi), Golkar (6 kursi) dan Nasdem (1 kursi) dan Hanura (4 kursi)  total kursi 19 dan memenuhi persyaratan koalisi. Kekuatan koalisi ini adalah nasionalis, pemenang Pileg 2014 yaitu PDI-P dan Golkar pemenang ke 2, pemilih non muslim akan nyaman jika memilih pasangan ini. Dadang ketua DPC PDI-P, secara rekam jejak baik, diterima semua kalangan, kreatif mengadakan kegiatan yang melibatkan massa banyak dan merakyat.

Sedang Heri Cahyono adalah politisi muda Golkar yang flamboyan, wakil ketua DPRD, peduli pendidikan, aktivis lingkungan hidup dengan Gerakan Tanam Pohon, gaul dan cocok untuk menarik pemilih produktif dan pemilih pemula. Aktif di berbagai kegiatan sosial, masyarakat, dan komunitas. Koalisi ini juga terkenal kompak sampai tingkat pusat, yaitu PDI-P, Hanura dan Nasdem dan terakhir Golkar bergabung setelah Jokowi datang pada Musnaslub Golkar beberapa hari yang lalu. Dengan demikian pasangan ini juga layak untuk menang.

Tapi yang namanya politik tidak bisa lepas dari kepentingan, jadi sewaktu-waktu koalisi ini bisa berubah. Apalagi pengertian politik adalah siasat untuk merebut kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan.

Sementara untuk pasangan perseorangan Edgar Suratman dan Sefwelly Ginanjar Djoyodinigrat sangat sulit bersaing dengan 3 pasangan di atas, karena secara budaya politik, masyarakat Bogor dan Indonesia belum terbiasa dengan jalur perseorangan ini. Terbukti pada Pilwalkot Kota Bogor 2013 pasangan perseorangan (Independen) Firman Sidik Halim-Gartono  hanya mendapat 25.793  (6.43 %) dan pasangan Syaiful Anwar- Muztahidin Al Ayubi (Independen) mendapat 43.448 (10.83 %). Jadi total pasangan perseorangan 69.241 (17.26 %)

Baiklah kita tunggu saja, helatan Pilwalkot Kota Bogor 2018 dengan beaya sekitar 47 milyar rupiah ini, semoga lancar, menghasilkan pemimpin yang amanah yang sesuai keinginan rakyat. Jayalah Bogorku. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================