OLEH :

YUSKA APITYA AJI ISWANTO S.SOS

MAHASISWA MAGISTER ILMU HUKUM (TATA NEGARA) UNIVERSITAS PAMULANG ***)

 

Pekerjaan berat menanti Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menjelang Pilgub Jawa Barat jika dirinya benar-benar dimajukan dalam kontestasi lima tahunan ini. Pekerjaan beratnya adalah Dedi harus bisa menjamin dan mempertahankan kepercayaan public terhadap Golkar setelah pucuk pimpinan partainya, Setya Novanto, ditetapkan tersangka dalam kasus korupsi proyek pengadaan E-KTP.

Konsekuensi logisnya adalah Dedi harus mampu menciptakan brand positif kinerja partainya untuk rakyat Jawa Barat, terutama mempolitisasi publikasi dalam setiap berita yang muncul di media massa. Terlebih, jargon yang diusung partai berlambang Beringin itu “Suara Golkar Suara Rakyat”. Jika Dedi tak punya hitungan yang tepat dalam mengemas publikasi dan berita-berita agar apik dan enak dibaca public, maka sia-sia perjuangan tim kampanye dan tim sukses yang bermandi keringat di lapangan.

Peran sentral media massa untuk membersihkan nama Golkar dalam kontestasi Pilgub Jawa Barat memang sangat berimplikasi pada pertarungan kandidat yang diusung. Popularitas dan eksistensi Dedi yang selama ini dikenal sebagai budayawan Sunda dan sosok pejabat daerah yang bersih dalam menjalankan roda birokrasi pun bisa dilibas oleh kandidat pesaingnya. Angka rasionalitas politik warga Jawa Barat kian hari kian tumbuh naik seiiring dengan maraknya media massanya masuk desa, disamping juga modernisasi digital yang menggerus publik perkotaan. Kondisi ini bisa dipulihkan melalui kampanye jor-joran melalui publikasi media massa untuk membersihkan nama Golkar di Jawa Barat.

BACA JUGA :  APA ITU PATOLOGI ANATOMIK (PA)

Munculnya sosok Dedi Mulyadi di jaringan media massa nasional memang hadir dengan seabreg kontroversinya, mulai dari pengakuan dirinya menikah dengan Nyi Roro Kidul hingga kebijakan-kebijakan pro Sunda yang acap dinilai nyeleneh oleh kalangan intelektual. Namun, tampilan dan gaya serta intonasi bicaranya mampu menebus keraguan public Purwakarta dan mampu meyakinkanb bahwa ia adalah sosok pemimpin yang merakyat. Namun, bicara kontestasi Pilgub Jabar, nama Dedi belum begitu kesohor. Terbukti, berdasarkan rilis sejumlah lembaga survei, Dedi masih berada jauh di bawah Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Artinya, ini adalah pekerjaan besar tim marketing politik untuk memasarkan Dedi Mulyadi ke seluruh jejaring tokoh masyarakat se-Jawa Barat. Ditambah juga ambrugnya citra Golkar seiring dengan terjeratnya Setya Novanto dalam pusaran kasus E-KTP.

Beberapa strategi politik berita yang bisa dipakai untuk mendongkrak citra positif Dedi Mulyadi berikut Golkar diantaranya:

  1. Merakit Kerjasama Media Massa Konvensional

Kerjasama dengan media massa perlu dilakukan untuk menghindari resistensi pemberitaan yang berpretensi menjatuhkan citra Golkar dan Dedi Mulyadi di Jawa Barat sebelum dan saat masa kampanye. Nota kesepahaman ini harus ditekankan agar media partner yang sudah menjalin kerjasama agar tidak menciptakan issue atau berita-berita tak sedap tentang Golkar, terutama issu-issue korupsi.

  1. Publikasi Visi Misi Menembus Perkotaan

Sejauh ini, Dedi Mulyadi arus diakui kental dengan nuansa tradisionalitas figure yang mengusung ideologi Sunda Kuno. Kondisi ini sebenarnya bisa menjadi asset dan bisa dimanfaatkan untuk menembus pasar suara perkotaan. Caranya, tim sukses harus mampu menciptakan kegiatan-kegiatan unik untuk mengenalkan visi-misi untuk pembangunan wilayah perkotaan berbasis budaya. Jika Ridwan Kamil menguguhkan visi misi pembangunan kota berbasis modernisasi dan digitalisasi, Dedi harus mampu menembus pasar berita media dengan gebrakan beda tapi mencuri perhatian publik perkotaan, misalnya gerakan tanam pohon atau hal-hal sepele lain yang berbasis kesundaan yang belum dilakukan Ridwan Kamil.

  1. Menjaring Kegiatan Kampus
BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Jika selama ini, publikasi Dedi Mulyadi hanya menohok mengenai aspirasi masyarakat desa, saat Pilgub tentu gerakan politik harus mulai menyasar elemen intelektual, yakni kampus. Civitas kampus adalah wadah yang paling menjanjikan untuk menjaring partisipasi politik public. Mahasiswa dari berbagai lintas daerah di Jawa Barat berkumpul dan membantu mengenalkan figurnya kepada sanak famili di kampung halamannya. Disini, peran media dibutuhkan untuk mengemas dan mengelaborasi kerjasama memasarkan kampus dan figure Dedi Mulyadi sebagai kesatuan aksi yang melekat, terlebih Dedi adalah alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

  1. Mempertahankan Citra Sunda di Wilayah Pedesaan

Untuk menjaring simpati dan loyalitas pemilih di kawasan pedesaan, Dedi sebenarnya sudah memiliki modal kuat lantaran ia lahir dari kawasan pedesaan. Namun, diperlukan strategi apik dari media partner untuk mengemas berita-berita kegiatan agar tidak monoton dan bosan untuk dibaca. Caranya adalah branding visualisasi yang mampu menekankan citra Dedi adalah sosok pemimpin yang mewakili rakyat desa. Misalnya, mengemas foto publikasi di media massa dengan tampilan unik dan ekstrim (jika perlu).(***)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================