JAKARTA TODAY- Turunnya saya beli masyarakat membuat sektor usaha ritel cukup lesu. Jaringan gerai Seven Eleven jadi salah satu yang paling terdampak dari situasi tersebut, sehingga terpaksa harus menghentikan operasinya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mande, mengatakan setelah penutupan operasional tersebut membuat Sevel terpaksa mulai melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga sekitar 2.000 pekerja.

“Mereka jumlahnya hampir 2.000 pegawai. Jadi kalau misalnya kita kalikan dengan 4 orang (anggota keluarga), sudah hampir 8.000 orang yang terdampak dari PHK. Ini tentunya jadi suatu problem baru pemerintah DKI, karena mereka kan di DKI Jakarta,” kata Roy ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (10/7/2017).

BACA JUGA :  Rumah dan Mesjid di Sukabumi Alami Rusak usai Diguncang Gempa Garut Magnitudo 6,5

“Bagaimana salurkan yang 2.000 (pekerja) dan 8.000 keluarga. Kan satu orang kepala keluarga anggap punya 2 anak dan 1 istri. berarti ada 8.000 yang kehilangan pasokan makanan dan minuman, kalau kita bilang orang bergaji kan makan minum normal. Sekarang tanpa bekerja kehilangan pasokan normal makan dan minuman,” tambahnya.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Semur Ayam Saus Tiram yang Lezat untuk Menu Makan Bareng Keluarga

Diungkapkannya, soal pesangon dan masalah ketenagakerjaan lainnya, hal tersebut masih diselesaikan di internal induk Sevel, PT Modern Internasional Tbk.

“Masih di manajemen Sevel, kita belum tahu penyelesaiannya, tapi yang saya dapatkan informasinya di keterbukaan (publik) hampir 2.000 karyawan, dengan Sevel tutup ya enggak bekerja lagi,” ucapnya.

Menurut Roy, selain faktor-faktor lainnya, secara umum lesunya ritel di Indonesia terjadi karena melemahnya daya beli masyarakat.

“Penyebab turunnya karena daya beli masyarakat,” pungkasnya.(Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================