JAKARTA TODAY- Sampai dengan 5 Juli 2017, nilai tukar rupiah menguat sebesar 0,81% year to date (ytd) terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tapi, sampai akhir tahun, rupiah diproyeksi akan lebih lemah dari tahun lalu yang sebesar Rp 13.305/US$.

Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, yang mewakili Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan saat Rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Jakarta, Kamis (6/7/2017).

BACA JUGA :  Wajib Perhatikan Ini, 5 Penyebab Trombosit Turun yang Perlu Diketahui

“Pemerintah melalui APBN-P ini, perkirakan kurs Rp 13.400 sedikit lebih tinggi dari APBN 2017 Rp 13.300 per US$,” jelasnya.

Penyebab terbesarnya memang datang dari eksternal. Saat ada gejolak politik dan ekonomi dari tataran global yang berpengaruh langsung terhadap nilai tukar. “Ada kekuatan yang saling kontradiktif di dunia yang pengaruhi capital inflow dan tingkat kurs,” papar Darmin.

BACA JUGA :  JJB Terbitakan Tatib Dan Reshuffle Keanggotaan 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo setuju dengan usulan pemerintah karena sejalan dengan proyeksi BI sebelum APBN 2017 dirancang, yaitu Rp 13.300-13.600/US$.

“Nilai tukar 13.300-13.600/US$ usulan pemerintah 13.400/US$, kami melihat ini sejalan dengan pandangan kami,” kata Agus pada kesempatan yang sama.(Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================