BOGOR TODAY – Masih dalam rangkaian perayaan Milad ke-30 Universitas Djuanda Bogor, Fakultas Pertanian Unida bekerja sama dengan Fakultas Sains Terapan Universitas Suryakancana menyelenggarakan seminar nasional bertemakan “Pengembangan Pertanian Kreatif Melalui Penguatan Kelembagaan dan Inovasi Teknologi untuk Mendukung Kemandirian Pangan Nasional” bertempat di Aula Gedung C Unida pada Selasa (16/5/2017) lalu.

Mengusung tema tersebut, pertanian kreatif serta penguatan kelembagaan dan inovasi teknologi menjadi hal yang ditekankan oleh para pembicara. Hadir sebagai narasumber Dr. Ir. Hj. Syarifah Sofiah, M.Si (Kepala BAPPEDA Kab. Bogor), Evy Syariefa Firstantinovi, SP (Trubus), Ir. Iskandar Zulkarnain (Alumni Universitas Djuanda Bogor) kegiatan ini adalah sebagai bentuk kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor dengan Universitas Suryakancana yang rutin diadakan dan sudah memasuki tahun keempat.

“Ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh kedua perguruan tinggi, tentu kedepannya kita harapkan tidak hanya seminar-seminar, tetapi suatu saat harus ada implementasi. Apa yang diteliti luaran dari universitas bisa dimanfaatkan oleh dunia industry,” ujar Rektor Universitas Djuanda Bogor, Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si dalam sambutannya sekaligus membuka acara.

Mewujudkan dan melakukan inovasi teknologi itu akan menghasilkan kreatifitas dari berbagai bidang tidak hanya di pertanian, tentu kreatifitas ini harus didukung dengan kelembagaan yang kuat baik dari kelembagaan penyedia sarana prasarana, kelembagaan pendukung teknologi maupun lembaga-lembaga keuangan. “Dari seminar ini harapannya nanti akan ada gagasan-gagasan yang cemerlang untuk memperkuat kinerja pertanian khususnya di daerah Jawa Barat,” tambahnya.

Materi yang pertama disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda dan Litbang) Kabupaten Bogor, Dr. Ir. Hj. Syarifah Sofiah, M.Si. Dalam pemaparannya tersebut, Syarifah menjelaskan bahwa Kabupaten Bogor menempati urutan pertama jumlah penduduk tertinggi dibanding dengan kabupaten atau kota lainnya di Indonesia.

Jika disejajarkan dengan provinsi, maka Kabupaten Bogor berada diperingkat 11 di bawah Riau. Hal ini tentu menjadikan Kabupaten Bogor sebagai suatu daerah percontohan bagi daerah lainnya bagaimana menyediakan kebutuhan pangan untuk sedemikian besar penduduknya.

BACA JUGA :  Pj Wali Kota Bogor Terima Kunci Rumah Dinas dan Mobil

“Kabupaten Bogor juga memiliki visi menjadi kabupaten termaju di Indonesia, hal ini ditandai dengan 25 penciri termaju yang merupakan prioritas Kabupaten Bogor dalam mewujudkan visinya tersebut. Berkaitan dengan pangan, dalam 25 penciri yang disebutkan bahwa produksi benih ikan hias dan benih ikan konsumsi air tawar adalah yang terbanyak di Indonesia, juga tercapainya swasembada benih padi unggul bersertifikat,” kata Syarifah.

Kabupaten Bogor beberapa tahun lalu merupakan daerah agraris, tapi karena letak geografis yang dalam hal ini sebagai penyangga Ibu kota dan menjadi salahsatu target investor penyedia pemukiman maka, sekarang sudah mulai bergeser sumbangsih ataupun kontribusinya di bidang pertanian. Jelas itu merupakan tantangan khususnya bagi para pelaku pertanian dan para mahasiswa yang harus terus kreatif dalam meningkatkan ketersediaan pangan.

“Para mahasiswa pertanian harus kreatif mengajak masyarakat untuk kemudian bersama-sama menciptakan pertanian dengan gaya yang berbeda sehingga para generasi muda ikut tergerak dan tertarik pada bidang pertanian,” papar putri mantan bupati Bogor Ayip Rughby.

Dijelaskannya pula beberapa inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor melalui daerah-daerah binaan pertanian seperti Eco Village yang dikelola oleh kelompok Baraya Desa Bendungan Kecamatan Ciawi, juga verticulture yang dikelola oleh swasta seperti Agricon di Sentul, serta Yumina Bumina yang memadukan sayuran, buah-buahan dan perikanan yang dikelola oleh kelompok Sumber Rezeki Desa Jampang Kecamatan Kemang.

Sementara itu, Evy Syariefa Firstantinovi, SP dari Trubus sebagai pemateri kedua, memberikan gagasan-gagasan serta pengalaman dari berbagai stakeholder pertanian dalam mengembangkan inovasi teknologi dan kreatifitas di bidang pertanian.

Dijelaskannya, jumlah masyarakat saat ini yang bergerak di bidang pertanian mengalami penurunan yang sangat drastis. Pada tahun 2000 hingga saat ini jumlah masyarakat yang bergerak dibidang pertanian hanya dibawah 20%, hal ini jika dibandingkan pada sekitar tahun sebelum 1980-an mencapai 60-80%. Pertumbuhan pembangunan menyebabkan lahan-lahan pertanian yang mau tidak mau harus tergerus, atas dasar itulah kemudian pada saat ini muncul istilah Urban Farming.

Sentra pertanian mungkin masih identik dengan pedesaan, namun bukan hal yang tidak bisa dijalankan di daerah-daerah perkotaan walaupun mengingat sempitnya lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Tentu dari hal tersebut menjadikan kita harus terus berinovasi bagaimana caranya lahan yang sempit tetap dapat produktif menghasilkan berbagai budidaya tanaman. “Konsep dari urban farming itu sendiri adalah bagaimana memanfaatkan setiap jengkal tanah di pekarangan atau lingkungan kita itu dimanfaatkan untuk budidaya pertanian,” tutur Evy.

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

Ir. Iskandar Zulkarnain yang merupakan Alumni program studi Agroteknologi Universitas Djuanda Bogor berbicara mengenai pengalaman bergelut dalam bidang  pertanian. Pada saat ini, pola pertanian sudah berbeda dengan zaman dulu.  Adanya perubahan pola tersebut menyebabkan para pelaku pertanian harus dapat lebih pandai, baik dalam pendekatan produksi ataupun melakukan pendekatan kepada konsumen. “Kita harus tahu celahnya, kita berinovasi. Sekarang pola-nya terbalik, dimulai dari apa yang diinginkan oleh konsumen,” kata Iskandar.

Sebelum acara selesai, terlebih dahulu dilakukan penandatangan naskah kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor dengan PT. Trubus Swadaya. Perjanjian kerjasama tersebut meliputi kerjasama di bidang pelatihan-pelatihan dan mengarah kepada pemasaran serta sponsorship antara Unida dan PT. Trubus Swadaya.

“Acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta, baik dari mahasiswa Unida maupun mahasiswa Unsur, dosen, peneliti, juga dari tamu undangan seperti dari Balai Tanaman Holtikultura dan Balai Tanaman Rempah dan Obat. Harapannya adalah adanya kebangkitan semangat para mahasiswa pertanian untuk dapat berkiprah secara nyata dibidangnya, lalu adanya tindak lanjut kerjasama dengan kelembagaan yang berkaitan sehingga implementasi sesuai arahan dari Pak Rektor dapat terlaksana,” tandasny  Ir. Nurrochman, M.Si ketua pelaksana kegiatan. (Iman R Hakim /*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================