JAKARTA TODAY- Industri pertambangan dan penggalian mencatat penurunan pertumbuhan di tengah mengilapnya perekonomian nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi negatif 0,49 persen. Padahal, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 tembus 5,01 persen, membaik jika dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu 4,92 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kedua sektor tersebut terkontraksi lantaran dua perusahaan besar, yakni PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) eks PT Newmont Nusa Tenggara sempat mengalami penurunan produksi hingga 60 persen sejak Januari lalu seiring dengan habisnya izin ekspor konsentrat bagi perusahaan.

“Sektor pertambangan dan penggalian merupakan satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi negatif 0,49 persen. Ini juga karena penurunan produksi tembaga dan emas oleh PT Freeport Indonesia dan PT Amman,” ujar Ketjuk sapaan akrabnya di kantor BPS, Jumat (5/5/2017).

BACA JUGA :  Gelar Paripurna Pembahasan LKPJ Wali Kota Bogor 2023, DPRD Sampaikan Terdapat 38 Rekomendasi Untuk Pemkot Bogor

Lebih lanjut ia menuturkan, imbas penurunan produksi dari kedua perusahaan tak hanya membuat industri pertambangan bergerak negatif, tetapi juga berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi di Papua dan Nusa Tenggara Barat (NTB). “Jadi, ada tiga provinsi yang boleh dibilang harus berhati-hati karena ketergantungannya terhadap tambang besar, yakni Papua, NTB, dan Kalimantan Timur. Kalimantan Timur ini juga sekarang oke, tapi sempat negatif karena masalah tambang,” terang Ketjuk.

Namun demikian, ia memprediksi, industri pertambangan dan penggalian akan mulai membaik ke depan, seiring dengan mulai bergeraknya roda kegiatan industri. Lagipula, Freeport dan AMNT sudah mulai bisa kembali melakukan ekspor, sehingga diharapkan bisa mengoreksi pertumbuhan sektor pertambangan.

BACA JUGA :  Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bogor, Selasa 14 Mei 2024

Kendati begitu, Ketjuk mengingatkan, agar dunia industri mulai melakukan diversifikasi, yaitu dari sebelumnya terlalu menitikberatkan harapan pada industri yang melakukan eksplotasi sumber daya alam menjadi industri yang lebih kreatif.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati mencatat, kontraksi yang diberikan Freeport dan AMNT masing-masing 28 persen dan 35 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Senada dengan Ketjuk, Sri berharap, setelah ekspor konsentrat mulai berlangsung lagi, kedua perusahaan raksasa itu bisa memberikan sentimen positif kepada pertumbuhan industri dan ekonomi Indonesia.

Secara keseluruhan, pertumbuhan berdasarkan industri tercatat industri pengolahan sebesar 0,91 persen, industri pertanian 0,90 persen, industri perdagangan 0,64 persen, konstruksi 0,61 persen, dan lainnya 1,95 persen.(Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================