LUPUS adalah penyakit auÂtoimun, yakni penyakit meÂnyerang sistem kekebalan sampai rusak, lalu berbalik menyerang tubuh sendiri. Normalnya sistem kekebalan akan melindungi tubuh dari sera ngan virus, bakteri, dan benda berbahaya lain. Pada penderita lupus, sistem kekeÂbalan tubuh ini justru menyÂerang balik si empunya kareÂna kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara zat asing yang berbaÂhaya bagi tubuh dan sel tubuh sendiri.
“Sistem kekebalan tubuh sudah tidak bisa membedaÂkan mana kawan dan mana lawan. Ibarat ditembak pistol yang kita pegang sendiri,†ujar Prof. Dr. Zubairi DjoerÂban, Sp.PD-KHOM, pemerhati masalah lupus.
Penyebab lupus belum dikÂetahui. Berbagai teori munÂcul. Faktor genetik sering menjadi “kambing hitamâ€. Faktanya, hanya 10 persen yang memiliki riwayat lupus dalam keluarganya.
Ada teori yang menyebutÂkan faktor sinar ultraviolet, bahan kimia, obat-obatan, stres, dan hormonlah pemicuÂnya. Karena lupus cenderung menyerang perempuan, teruÂtama di usia produktif (20-45 tahun), para ahli menduga ada kaitannya dengan horÂmon estrogen. Namun, hal ini pun belum bisa dipastikan. “Yang jelas penyakit lupus tiÂdak menular,†tuturnya.
Karena penyebabnya beÂlum jelas, para ahli belum bisa menemukan obatnya. Pengobatan hanya untuk mengurangi gejala dan perÂadangan, serta menjaga agar fungsi tubuh tetap normal. Pemberian terapi dan obat bergantung bagian tubuh yang diserang dan tingkat keparahannya. Karena itu, pengobatan sangat beragam pada tiap individu. Obat bagi kebanyakan odapus antara lain jenis antiperadangan, kortikosteroid, asetaminofen, dan antimalaria.
Sejauh ini odapus hanya bisa “berdamai†dengan peÂnyakitnya untuk waktu tiada tentu. Dan untuk mengatasi lupus tak cukup hanya denÂgan obat. Kebanyakan pasien mengalami stres dan depresi, sehingga perlu terapi untuk membangun mental odapus. “Harus ada dukungan penuh dari keluarga atau kerabat dekat agar odapus bisa hidÂup seperti orang normal,†ujarnya.
Bagi Halaman