Untitled-4JAKARTA, TODAY—Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil menyelamatkan wajah tim bulutangkis Indonesia di ajang Olimpiade dengan meraih emas nomor ganda campuran. Kemenangan ini merupakan pun­cak perjalanan panjang mereka sejak enam tahun dipasangkan.

Pertengahan tahun 2010, pelatih Richard Mainaky men­gambil keputusan penting di no­mor ganda campuran. Richard menilai Nova Widianto tak akan mampu bertahan di level atas dan bersaing untuk Olimpiade London 2012. Karena itu, Liliya­na harus segera dicarikan pasan­gan baru.

Kandidatnya ketika itu ada dua orang, yaitu Devin Lahardi dan Tontowi Ahmad. Bagi Rich­ard, baik Devin maupun Tontowi sama-sama memiliki kemam­puan mumpuni untuk berduet dengan Liliyana yang sudah pu­nya nama besar.

Richard pun membuka kom­petisi untuk Devin dan Tontowi. Keduanya sama-sama mendapat­kan kesempatan untuk berpasangan dengan Liliyana.

Devin lebih dulu mendapat­kan kesempatan tersebut di Ma­laysia GPG dan langsung men­jawabnya dengan gelar juara. Hal ini tentunya membuat peluang Tontowi untuk memikat Richard jadi lebih berat. Tontowi harus menunjukkan bahwa ia juga memiliki kualitas.

Tontowi berpasangan dengan Liliyana dan berangkat

mengikuti Makau GPG. Hasilnya luar biasa, Tontowi/Liliyana langsung jadi juara. Mereka mengalahkan Hen­dra Aprida Gunawan/Vita Marissa, 21-14, 21-18. “Saya melihat Tontowi memiliki rasa percaya diri walaupun dipasangkan dengan senior. Itu yang terlihat saat ia coba diduetkan dengan Greysia Polii di Indonesia Terbuka. Saya harap ia juga bisa melakukan hal yang sama saat berpasangan dengan Liliyana,” kata Richard saat itu.

Setelah kemenangan ini, Richard pun lebih menaruh kepercayaan pada Tontowi untuk berduet bersama Lili­yana. Duet Tontowi/Liliyana Taiwan GPG, Indonesia GPG, dan Hong Kong Super Series.

Pada awalnya duet Tontowi/Lili­yana tak diproyeksikan untuk Asian Games 2010, namun Richard kemudi­an memutuskan untuk menerjunkan duet Tontowi/Liliyana dibandingkan Nova/Liliyana. “Saya pikir ini adalah saat yang tepat untuk menurunkan Tontowi/Liliyana. Dengan tampil di Asian Games, mereka punya bekal turnamen multi event sebelum jadi andalan di Olimpiade dua tahun men­datang,” kata Richard tentang alasan­nya enam tahun silam.

BACA JUGA :  Modus Sembuhkan Kesurupan, Guru Silat di Sampang Cabuli Muridnya

Meski kalah di babak awal pada Asian Games 2010, duet Tontowi/Liliyana akhirnya sah jadi duet baru di pelatnas sejak tahun 2011. “Setelah berpasangan dengan Liliyana, saya merasa makin percaya diri setiap ma­suk lapangan. Semoga hal ini bisa ter­us berlanjut di masa depan,” ujar Ton­towi saat itu. Di tahun 2011, Tontowi/Liliyana mampu menyabet medali pe­runggu Kejuaraan Dunia disusul gelar All England pada awal 2012. Sayang­nya, momen bagus itu tak berlanjut di Olimpiade 2012. Tontowi/Liliyana tersisih di babak semifinal dan Indo­nesia tak mendapat medali di London empat tahun lalu.

Setelah kegagalan di 2012, Ton­towi/Liliyana langsung mengalihkan fokus mereka ke Olimpiade Rio de Ja­neiro 2016. Langkah Tontowi/Liliyana begitu mantap di dua tahun awal, yai­tu 2013 dan awal 2014, performa Ton­towi/Liliyana mulai merosot di akhir tahun 2014.

Walaupun masih tampil inkon­sisten sepanjang 2015 dan awal 2016, Tontowi/Liliyana mampu mengakhiri perjalanan empat tahun dari London lalu dengan emas di leher mereka pada Olimpiade 2016 ini.

Keberhasilan Liliyana Natsir mere­but medali emas dari Olimpiade ke­tiganya membuat atlet 30 tahun itu menjadi Olimpian tersukses Indonesia dengan torehan satu emas dan satu per­ak. Butet, demikian ia biasa dipanggil, mendapatkan perak ketika berpasan­gan dengan Nova Wodianto di Olimpi­ade 2008. Sementara emas didapatkan dari Olimpiade Rio De Janeiro dengan bermain bersama Tontowi Ahmad.

Atlet tersukses kedua adalah Susy Susanti di cabang bulutangkis yang merebut emas di Barcelona 1992 dan perunggu pada Olimpiade Atalanta 1996. Susy sendiri tercatat sebagai atlet pertama yang menyumbangkan emas Olimpiade dalam sejarah olahra­ga Indonesia. Selain Liliyana dan Susy, ada tiga atlet lain yang pernah meraih multi-medali.

Atlet cabang angkat besi, Eko Yuli Irawan, memiliki tiga medali dari tiga Olimpiade. Ia merebut perunggu dari nomor angkat besi 56KG pada Olim­piade 2008. Ia kemudian kembali mendapatkan perunggu di Olimpi­ade London 2012, kali ini dari nomor 62KG. Sementara dari Rio De Janeiro ia merebut perak.

BACA JUGA :  Dipercaya Bisa Bikin Panjang Umur dengan 5 Gerakan Olahraga Ini

Rekannya sesama atlet angkat besi, Triyatno, mengoleksi dua medali yaitu perunggu dari nomor 62KG di Olimpiade 2008 dan perak di nomor 69KG pada Olimpiade London 2012.

Sebelum Eko Yuli dan Triyatno, lifter putri Indonesia Raema Lisa Rumbewas pun merebut multi-medali yaitu meraih perak baik di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. Meski dengan status Olimpian tersukses, ada dua gelar yang luput dari tangan Liliyana jika dibanding­kan dengan Susy: Piala Uber dan Piala Sudirman. Sementara itu, kedua atlet sama-sama belum pernah memenangi emas Asian Games.

Sementara itu, bonus masing-ma­sing Rp5 miliar yang didapat Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir usai mere­but medali emas Olimpiade 2016 Rio cabang bulutangkis ganda campuran menjadi bonus terbesar kedua di du­nia. Mengutip data Fox Sports, bonus Rp5 miliar yang dijanjikan pemerintah untuk setiap atlet yang meraih medali emas di Olimpiade 2016 adalah yang terbesar kedua di dunia.

Indonesia hanya kalah dari Sin­gapura. Perenang Joseph School­ing mendapat bonus hampir Rp10 miliar dari keberhasilannya meraih medali emas renang 100 meter gaya kupu-kupu. Itu adalah medali emas pertama Singapura dalam sejarah keikutsertaan negara tersebut di Olimpiade. Pemerintah Azerbaijan dan Kazahkstan juga menawarkan bonus yang menggiurkan bagi atlet­nya. Setiap Azerbaijan akan memberi sekitar Rp3,5 miliar untuk atlet yang mendapatkan medali emas, semen­tara Kazakhstan memberi Rp3 miliar.

Tontowi/Liliyana merebut med­ali emas bagi Indonesia di Olimpiade 2016 setelah mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di final dua set langsung 21-14 dan 21-15, Rabu (17/8).

Pemerintah Indonesia sendiri menjanjikan bonus Rp2 miliar untuk medali perak dan Rp1 miliar untuk medali perunggu. Dua lifter Indone­sia, Sri Wahyuni Agustiani dan Eko Yuli Irawan, dipastikan mendapat bo­nus Rp2 miliar setelah meraih perak.

Dengan tambahan satu poin, Indo­nesia menutup hari ke-13 Olimpiade 2016 dengan berada di peringkat 39 perolehan medali sementara dengan satu emas dan dua perak.

(Yuska Apitya Aji)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================