FIRMA analisis Sensor Tower menyatakan Pokemon Go meÂmimpin pendapatan game telepon seluler dengan meraup pendapatan kotor lebih dari USD 200 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun hanya sebulan setelah peluncurannya.
PENDAPATAN tersebut dua kali lipat dari hasil yang diperoleh game Clash Royale setelah 30 hari pertama peluncuran, dan juga dua kali dari perolehan Candy Crush Soda Saga pada sebulan pertama ketersediÂaannya.
Pendapatan PokeÂmon Go berasal dari pembelian aplikasi dari para pemain. Di antaÂra item yang ditawarÂkan adalah Poke Balls, yang digunakan untuk melempar pokemon
dalam usaha menangkap mereÂka. Para pemain juga membayar untuk beberapa item yang meÂnarik pokemon, seperti Lure dan Incense. Pendapatan PokeÂmon Go diprediksi terus meninÂgkat bersamaan dengan pelunÂcuran game tersebut di lebih banyak negara.
Peluncuran Pokemon Go di Jepang pertengahan bulan lalu mempertajam tren kenaikan itu. Dan pada Sabtu, 6 Agustus 2016, game itu resÂmi meluncur di 15 negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Para penggemar pokemon di negara-negara lain, seperti Cina, Korea Selatan, dan InÂdia masih menunggu kabar dari Niantic untuk meluncurÂkan Pokemon Go di wilayah mereka, demikian seperti diÂlansir laman Phone Arena.
Sementara itu, Pokemon Go kini telah tersedia di BraÂsil, bertepatan dengan waktu pembukaan Olimpiade di Rio de Janeiro. Hal itu pertama kali diungkapkan pada halaÂman resmi Facebook PokeÂmon GO. “Keluarlah dengansÂneaker Anda dan Poke Balls serta bersiaplah menjelajahi dunia sekitar Anda. Kami sangat bangga secara resmi dapat menghadirkan PokeÂmon Go di tangan penggemar kami di Amerika Latin, para pengunjung, dan para atlet di Rio,†demikian dikutip dalam situs Time, kemarin.
Sebelumnya, beberaÂpa atlet Olimpiade pernah menyatakan kekecewaan mereka karena tidak adÂanya game Pokemon Go di Brasil. Tapi kini mereka dapat menikmati permainan itu, berÂbarengan dengan dibukanya pesta Olimpiade Rio pada JuÂmat kemarin waktu setempat.
Saat ini, game yang dicipÂtakan perusahaan teknologi Niantic itu telah tersedia di 30 negara. Banyaknya pengÂguna yang memainkan apÂlikasi game tersebut kembali membangkitkan popularitas Pokemon. Bahkan pembuaÂtan film live-action PokeÂmon telah resmi diumumkan.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan InformaÂtika Rudiantara mengatakan telah berbicara dengan Google Indonesia terkait denÂgan game berteknologi globÂal positioning system dari Google Maps, Pokemon Go, yang dikembangkan oleh NiÂantic, perusahaan game yang berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat.
“Karena berbasis Google Maps, saya sudah bicara dua kali dengan Google Indonesia agar obyek vital nasional janÂgan digunakan, seperti lokasi militer, istana, dan lain sebÂagainya,†ujar Rudi saat diteÂmui di Kementerian KoordiÂnator Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (8/8/2016).
Menanggapi permintaÂannya itu, menurut Rudi, Google Indonesia berencana untuk berbicara dengan NianÂtic. “Tapi kuncinya adalah di Google Maps-nya dulu. ConÂtohnya di Cilangkap, Mabes TNI, kan enggak ada di Google Maps, cuma ijo aja gitu,†tuturnya.
Rudi pun menambahÂkan, kementeriannya telah berkomunikasi dengan aparat penegak hukum untuk mendaftar obyek-obyek vital mana saja yang dilarang untuk dimunculkan dalam Google Maps. “Untuk daerah-daerah mana, obvitnas mana yang jangan masuk,†katanya.
Justru, menurut Rudi, temÂpat-tempat yang seharusnya didorong untuk dimasukkan ke gametersebut adalah temÂpat-tempat wisata, seperti MuÂseum Nasional, Kota Tua, dan lain sebagainya. “Agar bisa lebih produktif,†ujar Rudi.
Belakangan, deÂmam game Pokemon Go meÂlanda sebagian besar masyaraÂkat. Game ini menggunakan teknologi GPS dan juga augÂmented reality sehingga peÂmain bisa mencari pokemon langsung di lingkungan nyata yang tampak di layar ponsel.
Namun, game tersebut memicu kontroversi. PemerinÂtah pun mengeluarkan laranÂgan bagi para pegawai kementÂerian dan lembaga untuk tidak memainkan game tersebut di lingkungan kerja mereka. AlaÂsannya, game tersebut dapat membahayakan keamanan nasional. (Yuska Apitya Aji)
Bagi Halaman