Untitled-13Oleh : Yuska Apitya
[email protected]

Dalam satu dekade belakan­gan, banyak pemburu wisa­ta bahari mulai mengeluh melihat pesona pantai di kawasan Kecamatan Anyer, Kabupat­en Serang, Provinsi Banten, karena dianggap kumuh dan nampak tak terawat. Namun, masih ada satu pan­tai yang masih perawan. Namanya Pantai Cidatu.

Anyer tak selalu diidentik dengan Pantai Carita. Harus diakui, Carita memang pantai yang paling mena­kjubkan di deretan pantai di Anyer. Popularitas Pantai Carita memang paling tersohor dibanding dengan pantai-pantai lainnya di wilayah Banten. Pantai ini menggoda para wisatawan untuk singgah karena hamparan pasir putihnya.

Padahal, masih ada banyak surga yang patut disinggahi di Anyer selain Pantai Carita. Beberapa diantaranya adalah Pantai Karang Sari, Pantai Matahari Carita Ria, Pantai Perhu­tani, Pantai Lucia, Pantai Sambolo, Pantai Kondominium Carita, Pantai Lagundi, Pantai Cilurah, Pantai Ci­datu hingga Pantai Karang Bale. Dari sederet surga di pesisir Selat Sunda itu, ada satu tempat yang patut untuk disinggahi, khususnya bagi pelan­cong yang menyukai etnobudaya, yakni Pantai Cidatu.

Cidatu memiliki air jernih dan lengkap dengan laguna-laguna di sepanjang pesisir pantainya. Tak hanya laguna saja, kolam-kolam kecil dengan kehidupan ekosistem mini menghiasi setiap tapal pantai. Ekso­tisme pemandangan tak berhenti sampai disini. Karang di sepanjang pantai juga diselimuti aneka jenis rumput laut. Lewat rumput laut ini­lah, sebagian besar penduduk Desa Cikoneng, Anyer, Bandulu, Banjarsa­ri hingga Bunihara, mendapat peng­hasilan tambahan.

“Sekitar 1.300 kepala keluarga mencari penghasilan tambahan menjadi petani rumput laut. Dis­amping juga nelayan ikan,” ungkap Camat Anyer, Khairil Anwar, kepada BOGOR TODAY, beberaap waktu lalu.

Rumput laut lebih dikenal seb­agai gulma laut. Bukan sembarang gulma, rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati di kawasan Anyer yang dijadikan tumpuan hid­up warga. Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Jumat 26 April 2024

Selain hidup bebas di alam, be­berapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian ma­syarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banyak dibu­didayakan di antaranya adalah Eu­chema cottonii dan Gracilaria spp.

Di hampir setiap pagi, sejum­lah warga di Kampung Cidatu, Desa Cikoneng, sibuk mengumpulkan rumput laut di sepanjang pesisir pantai. Desa Cikoneng memang su­dah lama dikenal dengan budidaya rumput lautnya. Selain juga warg­anya yang ramah, Cikoneng memang dikenal sebagai daerah agraris di ka­wasan bahari.

“Sebenarnya kita nyari rumput laut untuk mencukupi kebutuhan harian. Padi dan palawija kan pan­en tiga bulan sekali. Makanya buat makan sehari-hari, banyak yang nyari ikan dan nyari rumput laut buat di jual di Pasar Anyer,” tutur Nasrulah (45), warga Cikoneng, Any­er, beberapa waktu lalu.

Namun jika alam tak bersahabat, para petani rumput laut di Anyer terpaksa tak panen. Seringnya hujan turun dan banyaknya ikan yang me­makan rumput laut menjadi batasan utama petani libur menerima peng­hasilan tambahan.

Ada juga warga yang nekat mem­borong beberapa petak pantai untuk membudidaya. Biasanya, jumlah rumput laut yang dipanen para pet­ani borongan ini mencapai 250 hing­ga 300 kilogram untuk rumput laut basah. Rumput laut basah yang di­kumpulkan kemudian diletakkan ke anyaman bambu untuk dijemur. Jika cuaca saat menjemur cerah, cukup dua hari saja, rumput laut bisa ker­ing. Tanda rumput laut mengering dilihat dari warnanya yang kecokla­tan hingga bewarna putih. Setelah kering, rumput laut siap diberikan ke pengepul untuk dijual dengan harga Rp 5.000 per kilogramnya. Semua petani rumput laut di sana memiliki pengepul sendiri yang se­lalu menampung hasil budidaya rumput laut warga. Namun, ada juga petani yang langsung menjual ke Pasar Anyer.

Potensi industri pengolahan rum­put laut di Indonesia memang belum tergali total. Padahal, sebagian besar rumput laut kering sudah merambah pasar mancanegara. Sebaliknya vol­ume suplai ke industri pengolahan di dalam terhitung belum optimal. Jika merujuk dari berbagai sumber, Indo­nesia menguasai suplai rumput laut kering dunia dengan produksi 237,8 ribu ton atau sekitar 56 persen total produksi dunia yang mencapai 424 ribu ton.

BACA JUGA :  Wilayah Garut Diguncang Gempa M 6,5, Getaran Terasa Hingga Bogor

Di Indonesia, jenis rumput laut komersial bisa dijadikan karagenan, agar dan alginate. Bahkan, berdasar­kan penelitian dan pengembangan Kementerian Perindustrian, rum­put laut bisa diolah menjadi produk akhir pangan, farmasi, kosmetik, dan tissue.

Sedangkan karagenan diproses lebih lanjut menjadi pangan, saus, pakan ternak, serta farmasi. Semen­tara itu, alginat juga dapat diolah menjadi pangan, saus, tekstil, kos­metik dan farmasi.

Di kegiatan International Sea­weed Symposium (ISS) yang berlang­sung di kota Kopenhagen Denmark, beberapa bulan lalu, Indonesia memiliki kesempatan untuk men­datangkan sejumlah pengusaha bi­dang industri rumput lain. Lewat jejamuan bertajuk update on the Indonesian Seaweed Industry Fo­rum bisnis ini, para pelaku usaha, praktisi dan akademisi dari sejumlah negara antara lain Amerika Serikat, India, Tiongkok, Jepang, Denmark, dan pengusaha lainnya, membahas potensi industri rumput laut Dunia.

Duta Besar RI untuk Denmark, Muhammad Ibnu Said mengatakan, pentingnya peningkatan industri rumput laut dan mengharapkan agar para pengusaha dapat memanfaat­kan potensi rumput laut Indonesia yang begitu besar.

Rumpat laut tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi petani me­lainkan pula dapat mengentaskan ke­miskinan terutama bagi para petani di sepanjang garis pantai Indonesia.

Sementara itu, konsultan dan pengamat rumput laut asal Denmark Hans Porse menyampaikan, perkem­bangan signifikan dari industri rum­put laut yang dihasilkan Indonesia. Saat ini, sebanyak 58% produksi car­rageenan dan 38% agar.

Hans juga menambahkan, dari hasil produksi yang dihasilkan In­donesia memiliki keunggulan dan mampu bersaing di pasar global. Ia juga mengatakan, pasar domestik Indonesia mampu bersaing di pasar global, dan banyak importir melihat Indonesia sebagai penghasil rumput laut terbesar di dunia.(*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================