JAKARTA, TODAY—Badan Pusat Statistik (BPS) menguÂmumkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2016 mengalami penuÂrunan sangat tipis 1,75 persen dibandingkan September 2015 dari 28,51 juta orang menjadi 28,01 juta orang.
Kepala Badan Pusat StatisÂtik Suryamin mengumumÂkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia per MaÂret 2016 mencapai 28,01 juta orang. Angka ini sekitar 10,86 persen dari jumlah penduduk nasional. “Berkurang sebesar 500 ribu orang dibandingkan September 2015 yang berjumÂlah 28,51 juta orang,†kata Suryamin saat ditemui di kanÂtor Badan Pusat Statistik, Jalan Dokter Sutomo, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016).
Jumlah penduduk miskin terseÂbut turun 0,58 juta orang dibandÂingkan periode Maret tahun seÂbelumnya. BPS membagi data kemiskinan menjadi penduduk miskin perkotaan dan pedesaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun 280 ribu orang pada Maret 2016 dibandingkan September 2015. Sedangkan, untuk penduduk miskin daerah pedesaan mengalami penurunan sebesar 220 ribu orang ketimbang periode serupa tahun lalu.
Suryamin menuturkan ada seÂjumlah faktor yang menyebabkan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode SepÂtember 2015-Maret 2016. Faktor perÂtama adalah inflasi yang relatif rendah pada periode itu. “Yaitu 1,71 persen,†tuturnya.
Faktor kedua adalah secara rata-rata nasional, harga bahan-bahan pokok juga menurun. Misalnya harga rata-rata daging ayam ras yang menÂgalami penurunan sebesar 4,08 persÂen, yaitu dari Rp 37.742 per kilogram pada September 2015, menjadi Rp 36.203 per kilogram pada Maret 2016.
Kemudian tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang pada FebÂruari 2016 mencapai 5,5 persen turun dari Agustus 2015 yang sebesar 6,18 persen. Juga didukung oleh nominal rata-rata upah buruh tani dan upah buruh bangunan yang mengalami keÂnaikan.
Suryamin juga mengatakan kalau persentase penduduk miskin terbesar berada di Pulau Maluku dan Papua, sebesar 22,09 persen. Sementara persentase kemiskinan terendah beraÂda di Pulau Kalimantan, dengan angka sebesar 6,26 persen.
“Rata-rata tingkat pengangguÂran terbuka pada Februari 2016 juga menurun dibandingkan Agustus 2015 dari 6,18 persen menjadi 5,50 persÂen,†katanya.
Angka garis kemiskinan IndoneÂsia pada Maret 2016 setara dengan Rp354.386 per kapita per bulan. Komponen terbesar adalah komoditi makanan dengan 73,50% atau sebesar Rp260.469 per kapita per bulan. Kemudian, komoditi bukan makanan adalah 26,50% atau setara dengan Rp93.917 per kapita per bulan.
“Komoditas makanan dengan perÂanan terbesar adalah beras dan rokok kretek filter,†ujar Suryamin. “Rokok masih mendominasi. Ini masuk dalam kelompok makanan. Ini tidak memiÂliki kalori, tapi merupakan bagian pengeluaran masyarakat. Jadi harus dihitung,†papar Suryamin. (Yuska Apitya Aji/ed:Mina)
Bagi Halaman