shutterstock_120046468-minPERUSAHAAN Umum Bulog menggelontorkan lebih dari 1.000 ton bawang merah ke pasar di beberapa wilayah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan lainnya. Dalam operasi pasar (OP) ini, Bulog menargetkan penstabilan harga bawang merah di kisaran Rp 25 ribu per kilogram.

Oleh : Yuska Apitya
[email protected]

Salah satu bumbu dapur utama tersebut dilepas melalui pen­jualan eceran ataupun grosir sejak lima hari yang lalu. “Dalam operasi pasar bawang ini, supaya efektif, Bulog memperhatikan selera pasar. Misalnya untuk DKI, Jawa Tengah, Sumatera, OP mempergunakan jenis bima curut dari Brebes. Sedangkan Jawa Timur, NTT (Nusa Tenggara Timur), Kalimantan lebih suka jenis bawang merah Bima dari NTB,” ujar juru bicara Bulog dalam keterangan pers, Kamis (26/5/2016).

Dalam melaksanakan operasi pasar ini, Bulog bekerja sama dengan Paskomnas (pengelola Pasar Induk Tanah Tinggi, Jakarta)

dan asosiasi bawang merah untuk menambah pasokan ke pasar den­gan mekanisme perdagangan yang ada.

Dalam lima hari terakhir pelak­sanaan operasi pasar, harga bawang merah menunjukkan penurunan. Di pasar induk, harga bawang merah kelas medium turun dari sebelumnya Rp 27 ribu menjadi Rp 24 ribu, bahkan Rp 23 ribu. Untuk menjaga tetap stabil, Bulog beren­cana terus menggelontorkan 20-30 ton per hari ke pasar dengan harga Rp 21-23 ribu pada tingkat harga yang wajar.

Dengan turunnya harga grosir, Bulog berharap harga di konsumen juga akan tertarik turun. Namun penurunan harga harus terkendali agar tidak drastis, yang bisa meru­gikan pelaku pasar dan petani. Apa­lagi, menjelang puasa dan Lebaran, harga barang dan beberapa komodi­tas pangan bergerak naik, termasuk bawang merah.

BACA JUGA :  Perumda PPJ Akan Renovasi Pasar Merdeka, Bakal Ada Rooftop Kuliner

Beberapa waktu lalu, harga bawang merah bahkan sempat men­embus Rp 40-45 ribu per kilogram. Harga tersebut dirasakan pemerin­tah terlalu tinggi bagi masyarakat. Sejalan dengan instruksi pemerintah yang meminta harga kembali stabil di kisaran Rp 25 ribu, operasi ini pun dilakukan.

Sementara itu, Asosiasi Bawang Merah Indonesia mengancam akan menggelar protes di jalan jika pemer­intah tetap mengimpor bawang merah. “Sedang kami siapkan (pro­tes),” ujar Ketua ABMI Juwari di Brebes, Jawa Tengah, kemarin.

Juwari mengatakan ABMI sedang konsolidasi dengan petani dari ber­bagai daerah. Pihaknya juga men­girimkan surat pemberitahuan akan menggelar unjuk rasa kepada kepoli­sian. “Kami sudah kirim surat pem­beritahuan,” ucapnya.

Saat pemerintah membuka ker­an impor bawang merah pada 2012, ratusan petani juga menggelar pro­tes. Unjuk rasa yang digelar di jalan Pantai Utara Jawa itu sempat mem­buat lalu lintas tersendat. Selain itu, petani menggelar unjuk rasa di Ke­menterian Pertanian, Jakarta. “Kami tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Saat itu petani marah karena harga bawang merah terjun bebas,” kata dia.

Juwari mempertanyakan keputu­san pemerintah mengimpor bawang merah saat pasokan melimpah. Dia merasa dibohongi pemerintah kare­na pada Senin lalu ABMI mengikuti pertemuan dengan sejumlah pejabat Kementerian Koordinator Perekono­mian dan kementerian di bawahnya, termasuk Kementerian Pertanian. Hasil pertemuan itu intinya meno­lak impor komoditas itu. “Tapi seka­rang kenyataannya seperti apa. Kami merasa dikadalin (dibohongi) kalau kayak begini,” ujarnya.

BACA JUGA :  Resep Membuat Tumis Udang Cabe Hijau yang Pedas Nampol Bikin Nagih

Sekretaris ABMI Ichwan menu­turkan pihaknya menyiapkan sepu­luh bus untuk memberangkatkan ratusan petani ke Jakarta. ABMI be­lum menentukan kapan unjuk rasa akan digelar. “Tanggal 1 Juni nanti, kami rapat lagi untuk menentukan waktu demo,” katanya, Rabu kema­rin. Peserta unjuk rasa, ucap dia, bu­kan hanya dari Brebes, tapi juga dari daerah lain, seperti Kendal, Cirebon, Demak, dan Tegal.

Ichwan berujar, keputusan pemerintah mengimpor bawang merah sebanyak 2.500 ton bukan merupakan solusi stabilisasi harga. Menurut dia, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk menga­tur harga menjelang Ramadan dan Lebaran ini. “Salah satunya dengan mengatur distribusi bawang merah,” tuturnya.

Pendapat senada disampaikan petani di Desa Tegalglagah, Keca­matan Bulakamba, M. Subhan. Dia mengatakan tingginya harga komo­ditas tersebut saat ini bukan karena stok yang menipis, tapi lantaran pan­jangnya rantai distribusi. “Pemer­intah harus bisa memangkas rantai distribusi bawang merah,” ucap Ket­ua Kelompok Tani Sumber Pangan Brebes itu.

Subhan dan petani lain siap datang ke Jakarta untuk menyuara­kan nasib mereka. “Kami tak ingin harga bawang merah lokal jatuh ga­ra-gara bawang merah impor mem­banjiri pasar,” tandasnya.(*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================