IMG_20160518_155325MASYARAKAT Indonesia umumnya memiliki seni dan kreatif yang tinggi. Banyakdari mereka yang bisa memanfaatkan sumber daya alam untuk dijadikan peluang usaha. Salah satunya kerajinan bambu, yang dikelola para pengrajin untuk dijadikan produk olahan yang memiliki nilai ekonomi dan nilai seni yang tinggi.

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Dadun Abdul, pemi­lik Naziih Bamboo (Fadhil Mandiri) sejak tahun 2000 su­dah menggeluti usaha bambu. Da­dun mendirikan usaha di Caringin dan Cipaku. Hingga akhirnya, pada tahun 2009, ia memutuskan untuk hijrah dan mendirikan usaha bambu di Jalan Raya Pemda, Bogor.

Kini ia menjalani usaha ini dibantu oleh 2 orang karyawan dan seringkali dibantu oleh pekerja lepas hingga 10 orang.

“Ya jika memang ada pem­b u a t a n s a u n g d a n membu­t u h k a n t e n a g a tambahan, bi­asanya saya cari pegawai lepas. Ban­yaknya pekerja tergantung berapa banyak pesanannya,” terang Dadun.

Dadun bercerita, menjalani usa­ha ini dilaluinya tak selalu berjalan dengan mulus. Dirinya harus mele­wati masa-masa sulit sebelum berha­sil mencapai kesuksesanya seperti sekarang ini.

“Ibaratnya darah dan air mata sempat saya keluarkan. Modal yang dikeluarkan pun tak sedikit, ratusan juta saya keluar­kan untuk bisnis ini,” ujar Dadun

Selain memang memiliki ke­ahlian kerajinan bambu, Dadun pun menjelaskan bahan baku dari bambu ini masih terbilang mudah untuk didapatkan. Beberapa macam jenis bambu tersedia di tempat usa­hanya.

“Tidak dipungkiri, harga pasti mengikuti kualitas jenis bambunya sendiri. Semakin harganya mahal, kualitas bambunya semakin baik,” ungkapnya.

Dadun menjual beberapa ma­cam kerajinan bambu seperti topi, wadah bambu, angklung, sapu, hiasan dinding dan kerajinan lain­nya dimulai dari harga Rp 15 ribu. Lampu gantung yang unik dijual­nya antara Rp 30 ribu hingga Rp 65 ribu. Untuk saung, harganya dipatok sesuai dengan ukuran. Untuk pem­buatan saung berukuran 2×2 (meter) dihargai Rp 4 juta – Rp 5 juta. Jika berukuran besar diatas 10×5 (me­ter), kisarannya bisa mencapai Rp 40 juta.

“Kami juga menjual meja atau kursi bambu. Untuk bilik pun kami jual dengan beberapa motif. Harga bilik seni­lai Rp 40 ribu per meter­ny a , ” j e l a s Dadun.

D i ­t a n y a i p e r i h a l k e u n t u n g a n yang diraihnya, Dadun men­gatakan, usahanya tersebut bisa menghasilkan omzet hingga mencapai Rp 20 juta perbulannya.

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================