JAKARTA TODAY- Program pengampunan pajak atau tax amnesty sukses membuat rupiah menguat. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah makin dalam terhadap rupiah. Sore kemarin, mata uang Paman Sam sempat menyentuh posisi terendah di Rp 12.911.

Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (27/9/2016), dolar AS pagi tadi sudah melemah ke Rp 13.025 dibandingkan posisi sore kemarin di Rp 13.033. Perlahan tapi pasti, The Greenback terus bergerak turun dan meninggalkan level Rp 13.000. Semakin sore, dolar AS semakin melemah.

Posisi terendah dolar AS sore kemarin ada di level 12.911, alias nyaris turun ke kisaran Rp 12.800. Program pengampunan pajak atau tax amnesty rupanya sukses membuat mata uang Garuda menguat terhadap dolar AS.

Sementara dari sisi global, penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) cukup ampuh juga memberi tekanan terhadap dolar AS.

Selain terhadap rupiah, dolar AS juga melemah terhadap banyak mata uang Asia. Dalam setahun terakhir, dolar AS sudah melemah 12% terhadap rupiah.

BACA JUGA :  Tega, Suami di Tuban Cekik Istri hingga Tewas, Diduga usai Cekcok

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual memperkirakan, rupiah akan terus menguat seiring derasnya aliran dana yang masuk ke Indonesia melalui program tax amnesty. Ini akan membuat dolar AS tertekan hingga ke level Rp 12.500. “Ini memang karena tax amnesty. Repatriasi masuk sudah sampai Rp 100 triliun. Ini bikin rupiah positif. Kalau dana masuk terus, rupiah bisa terus menguat. Dolar AS bisa ke kisaran Rp 12.500,” ujar David, Selasa (27/9/2016).

David menjelaskan, aliran dana masuk baik dari tebusan, deklarasi, maupun repatriasi tax amnesty diperkirakan masih akan terus mengalir. Terlebih, periode pertama tax amnesty bakal berakhir pada 30 September 2016. Masyarakat akan memanfaatkan periode ini karena uang tebusan yang dibayarkan jauh lebih ringan. “Deadline periode awal kan September nih, itu masih akan banyak yang masuk, banyak dana masuk rupiah juga masih akan menguat,” katanya.

BACA JUGA :  Warga Desa Cemplang Bogor Diteror Maling, Satu Bulan 5 Kali Aksi Pencurian

Di sisi lain, kondisi perekonomian global seperti penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) cukup membuat penguatan dolar AS tertahan. Ditambah, rilis data penjualan rumah di AS menurun dan laporan angka pertumbuhan ekonomi AS nanti malam juga diperkirakan bakal stagnan. Hal ini mendorong mata uang negara-negara lain termasuk Indonesia menguat.

David mencatat, mata uang Korea Selatan (won) naik 0,86%, Taiwan (dolar Taiwan) naik 0,6%, Australia (dolar Australia) naik 0,4%, dan Malaysia (ringgit) 0,4%. “Kita (rupiah) lumayan dalam naiknya,” katanya.

Sebetulnya, kata David, rupiah bisa menguat tajam dan dolar AS lengser ke level yang lebih dalam jika Bank Indonesia (BI) tidak menahan laju penguatan rupiah. “Sebenarnya kalau nggak ditahan-tahan BI, ini rupiah bisa menguatnya tajam, tapi posisi saat ini masih kisaran fundamental. Penguatan terlalu dalam juga nggak baik, produk ekspor kita kemahalan nanti,” pungkasnya.(Yuska Apitya/dtk)

============================================================
============================================================
============================================================