Keputusan Hibah meningÂgalkan pekerjaan sebagai supervisor di sebuah peÂrusahaan jasa cuci pakÂaian atau laundry membuahkan hasil. Kini, perempuan ini memÂbuka bisnis laundry beromzet 25 juta sebulan.
“3 bulan jalan usaha laundry saya resign. Dulunya karyawan laundry sebagai supervisor. 4 taÂhun pengalaman kerja di dunia laundry,†terang Hibah kepada saat pagelaran Clean and LaunÂdry Expo 2016 di JIExpo, Jakarta Utara, Kamis (7/4/2016).
Di awal usahanya, ia mengÂhabiskan modal awal sebesar Rp 24 juta untuk belanja peraÂlatan dan operasional lainnya. Hingga di bulan ketiga ia mampu mendapatkan modal awalnya kembali. “Saya mulai 2012 modal awal Rp 24 juta, balik modal 3 buÂlan,†tutur Hibah.
Hibah mampu mengantogi omzet antara Rp 20 juta – Rp 25 juta setiap bulannya dari usaha yang dirintisnya sejak 4 tahun lalu. Pelanggan setianya adalah kalangan mahasiswa dan karyÂawan di sekitar Cengkareng.
Harga yang dipatok untuk laundry di tempat Hibah terhitung terjangkau, mulai dari Rp 7.000 per kilogram (kg). “Rp 7.000 per kilogram (kg) sama setrika reguler 3 hari, kalau 2 hari Rp 8.000/kg, ekspress 1 hari Rp 12.000/kg, dan kilat 5 jam Rp 16.000/kg,†jelas Hibah.
Potensi usaha laundry masih terus berkembang selama beberaÂpa tahun ke depan. Hal ini dikareÂnakan kebutuhan pakaian bersih tak pernah habis. “Usaha laundry masih menjanjikan. Karena seÂlama orang pakai baju, laundry masih dipakai,†ujar Hibah.
Dirinya menambahkan, pemiliÂhan lokasi untuk memulai usaha laundry juga sangat penting. Pelaku usaha harus cermat dalam menÂcari lokasi yang berpotensi tinggi. “Kalau masih di perkampungan, kurang, saya bilang mereka kan cuci sendiri. Kalau di pinggir jalan atau di perumahan menjanjikan,†tutup Hibah.
Memulai bisnis tak selamanya butuh modal besar. Salah satunya adalah bisnis jasa cuci pakaian atau sering disebut laundry. Bisnis ini bisa dimulai dengan modal tak terÂlalu besar untuk belanja peralatan.
“Minimal ya mesin cuci sama seÂtrikaan. Kalau mau second juga bisa di atas Rp 500 ribu itu mesin cuci, setrikaan second paling Rp 25.000. Kalau second risikonya seperti itu, nggak jamin seperti apa. Tapi buat permulaan bisa,†tutur Sekretaris Asosiasi Laundry Indonesia (ASLI) wilayah Jawa Timur, Neha saat pagelaran Clean and Laundry Expo 2016 di JIExpo, Jakarta Utara, Kamis (7/4/2016).
Kebanyakan pelaku usaha launÂdry memilih sistem laundry kiloan dengan kisaran Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram (kg). “Laundry kebanyakan per kilo. Sehari rata-tata 100 kilogram (kg) di Surabaya. Di Surabaya untuk cuci, kering, setrika Rp 6.500 per kilogram (kg),†jelas Neha.
Potensi usaha laundry saat ini tengah berkembang dengan pesat. Ia juga mengungkapkan bahwa hanya butuh hitungan hari untuk mendapatkan modal awalnya kemÂbali. “Satu minggu bisa kembali Rp 500 ribu itu kalau daerah strategis dan pelayanannya bagus, itu pasti diÂcari,†pungkas Neha.
Selain itu, dalam mengembangÂkan usaha laundry, pelaku usaha dituntut untuk aktif mengadakan promosi. Hal ini dilakukan agar tarÂget bisnis tertarik menggunakan jasa laundry tersebut. “Balik modal terÂgantung kecepatan dia. Kalau mau cepat balik modal dia harus kerja keras, promosi juga harus gencar,†ujar Neha.
Saat ini usaha laundry sedang menjadi pilihan banyak orang kareÂna potensi bisnis yang menjanjikan. “Menjamin lho, banyak teman-teÂman kami yang resign karena launÂdry. Mereka lebih memilih usaha laundry daripada jadi karyawan,†jelas Neha.
Pelaku bisnis laundry juga perlu memperhatikan lokasi usaha merÂeka agar usaha bisa bertahan lama. Beberapa lokasi strategis menjadi incaran seperti kampus, kos-kosan, hingga daerah perkantoran. “BiasanÂya dekat hotel mereka lempar keluar. Kampus, kosa kosan rumah , kanÂtor,†pungkas Neha.
Omzet yang dihasilkan dari usÂaha jasa cuci pakaian ini juga tidak sedikit. Angkanya bisa menyentuh hingga belasan bahkan puluhan juta. “Omzet per bulan itu rata-rata untuk bayar 5 sampai 7 pegawai diaÂtas Rp 15 juta. Kalau laundry besar saya pernah dengar paling banyak 2 ton per hari, dihitung saja per kiloÂnya misalkan Rp 7.000,†tandasnya.
(Yuska Apitya/dtkf )