DIKOTOMI pasar dan sosialisme yang dikenal sejak revolusi industri sudah harus mulai diubah. Pelan tapi pasti, saat ini telah berkembang dimensi ketiga yang meliputi perusahaan sosial, impact investing, serta pasar modal sosial (social stock exchange).
Oleh: Ali Mutasowifin
Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
Dengan beragam variÂasinya, pasar modal sosial telah beropÂerasi di beberapa negara, seperti IngÂgris, Kanada, Singapura, Afrika Selatan, Brasil, dan Kenya. DenÂgan potensi pasar bernilai US$ 650 Miliar pada 2020, diperkiÂrakan pasar modal sosial akan terus berkembang pesat (Logue dan Höllerer, 2015).
Sejak beberapa tahun lampau telah berdiri dan berkembang perusahaan-perusahaan sosial di Tanah Air. Perkembangan ini memunculkan gagasan tentang pasar modal khusus, melengkapi pasar modal tradisional yang telah dikenal selama ini.
Selama ini banyak penawaran dana investasi sosial, namun inÂvestor kesulitan menemukan target yang tepat. Sementara, di sisi lain, perusahaan-perusahaan sosial kesulitan menemukan penÂdanaan yang dibutuhkan untuk membiayai aktivitasnya. SayÂangnya, saat ini belum tersedia infrastruktur pasar modal sosial di Tanah Air yang dapat mengÂhubungkan keduanya secara muÂdah dan efisien.
Berlainan dengan pasar modal tradisional, pasar modal sosial biasanya hanya menerima pencatatan perusahaan sosial, yakni perusahaan yang memiliki dimensi sosial. Di pasar modal soÂsial, investor dapat memilih unÂtuk membeli saham perusahaan sosial yang memiliki misi yang selaras dengan preferensinya.
Tahapan Perkembangan
Terdapat beragam model pasÂar modal sosial yang saat ini telah beroperasi. Tahap paling sederÂhana, misalnya, adalah praktik pasar modal sosial di Brasil, yang sekadar mempertemukan peruÂsahaan sosial dengan investor yang berminat, semacam crowdÂfunding yang banyak dikenal seÂlama ini.
Begitu pula pasar modal soÂsial di Inggris yang telah berdiri sejak 2013, namun hingga kini beÂlum memfasilitasi perdagangan saham. Saat ini, UK Social Stock Exchange menjadi semacam diÂrektori perusahaan-perusahaan sosial yang telah lulus “social imÂpact test†serta menyediakan beÂragam informasi yang diperlukan oleh calon impact investor.
Informasi yang diperlukan oleh impact investor, misalnya, tentang perusahaan sosial yang layak unÂtuk dipilih, pengukuran imbal hasil yang konsisten (pada perusahaan sosial, hal ini dikenal sebagai social return on investment – SROI), atau pilihan untuk keluar.
Pada tahap perkembangan selanjutnya, pasar modal sosial dapat mencontoh Kanada. Saat ini Social Venture Connexion (SVX) di Kanada barangkali meruÂpakan pasar modal sosial terlengÂkap, termasuk telah menyediakan B Corporation Standard, sebuah metrik guna mengukur dampak lingkungan dan sosial.
Persiapan Pendirian
Tidak diragukan, keberadaan pasar modal sosial dapat memÂberikan manfaat yang tidak kecil. Perusahaan sosial yang memperoleh suntikan dana dari impact investor berkesempatan membesar, menyerap lebih banÂyak tenaga kerja, serta memberiÂkan lebih banyak manfaat kepada masyarakat.
Pasar modal sosial diharapÂkan juga mampu menggerakkan perekonomian di daerah. Hal ini dicontohkan oleh South African Social Investment Exchange (SAÂSIX), yang menyediakan platform bagi investor untuk membeli saÂham pada projek-projek sosial berdasarkan klasifikasi sektor atau provinsi.
Dengan demikian, investor dari luar negeri yang selama ini kesulitan menemukan target unÂtuk menyalurkan dana akan lebih mudah memperoleh informasi perusahaan sosial dengan misi yang sesuai dengan harapannya.
Beragam langkah perlu diÂlakukan guna mempersiapkan pendirian pasar modal sosial di Tanah Air. Pertama, peningkaÂtan pendidikan, pelatihan dan penyadaran kepada para pelaku pasar, sehingga tercipta pemahaÂman yang sama tentang seluk beÂluk pasar modal sosial.
Kedua, pemerintah bersama parlemen perlu melengkapi perÂaturan yang diperlukan guna menÂdukung pendirian dan pengemÂbangan pasar modal sosial. Termasuk, misalnya, menentukan kriteria dan cara menyeleksi peruÂsahaan sosial yang dapat mencatatÂkan diri pada pasar modal sosial.
Ketiga, mendorong pendirian dan pengembangan perusahaan sosial, termasuk memfasilitasi perusahaan komersial yang ingin bertransformasi menjadi peruÂsahaan sosial. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan terjadi sinergi dari banyak pihak sehingga akan medorong upaya-upaya menggerakkan perekonoÂmian daerah sekaligus mengenÂtaskan kemiskinan. (*)