BOGOR TODAY – Sebelum menghadiri penyerahan penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) Tahun 2018 di Surabaya, Wali Kota Bogor Bima Arya menyempatkan diri mengunjungi Kampung Lawas Maspati, Rabu (19/09/2018) siang.

Tujuan kedatangan orang nomor satu di Kota Bogor tersebut ingin mempelajari konsep kampung tematik yang nantinya akan diaplikasikan di Kota Bogor.

Saat memasuki kampung tersebut, Bima Arya disambut oleh beberapa orang dengan pakaian daerah, kemudian ia dikalungkan sarung dan udeng batik sebagai simbol tradisi penyambutan tamu.

Tak hanya itu, Bima Arya yang datang didampingi Kabid Perencanaan Ekonomi dan Litbang pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor Anne Dewiana Rulianti disambut alunan musik patrol dengan lagu “Rek Ayo Rek” oleh sejumlah pemuda setempat dan seorang Guide Cilik bernama Elaine Selyna Hartono (7).

BACA JUGA :  Bayi Baru Dilahirkan Dibuang Wanita di Sumsel, Ditemukan Dalam Sumur

Disepanjang perjalanan, sang Guide Cilik secara terampil menjelaskan beberapa lokasi yang didatangi Bima Arya dengan menggunakan bahasa inggris.

Hampir setiap rumah di Kampung Lawas Maspati ditanami oleh berbagai macam tanaman hias dan pohon buah yang menjadikan kampung ini terasa sejuk. Kampung Lawas Maspati dibangun untuk mengenang sejarah Surabaya dan wilayah tersebut sudah masuk sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB).

Tak hanya wisatawan lokal, tercatat sudah ada wisatawan asing yang jumlahnya lebih dari 64 negara datang ke lokasi ini. Selain dikenal warganya yang guyub dan tentram, Kampung Lawas Maspati secara mandiri mampu mengubah dari kampung kumuh menjadi kampung yang asri dan bersih.

Mulai dari Kebun Tanaman Obat Keluarga (Toga) dan buah, area kebun cincau, area selfie 3D, area koperasi dan TK, area rumah lawas 1907, kerajinan UMKM, bank sampah hingga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ada di kampung ini.

BACA JUGA :  Dilanda Hujan Deras, Atap Kelas SMA Negeri 1 Ciampea Ambruk

Wali Kota sempat mencoba topi lukis yang dilukis oleh Dani Assyamsa Maulydani (27), salah satu pengrajin setempat. Bahkan Bima memesan secara khusus topi bergambar tokoh pewayangan Bima.

Bima Arya juga berkesempatan masuk ke salah satu rumah milik M. Soemargono yang dibangun tahun 1907 dan dahulu dijadikan markas tentara. Pada zaman kolonial Belanda rumah ini dijadikan tempat pertemuan para pemuda dan pemudi khususnya Kampus Maspati dan sekitarnya untuk menyusun peperangan 10 November dimana terjadi peperangan sengit pada waktu itu.

“Ini kan kunjungan kedua, yang pertama dulu tidak sengaja kesini lagi lari pagi. Kalau ini saya mampir sebelum acara nanti malam,” katanya.

============================================================
============================================================
============================================================