JAKARTA TODAY- PT Astra Internasional Tbk (ASII) mencatat pertumbuhan laba 5% di 2016 menjadi Rp 15,2 triliun. Laba ini naik meski omzet turun tipis.

Pendapatan bersih konsolidasian Grup turun 2% menjadi Rp 181,1 triliun pada tahun 2016, seiring dengan penurunan pendapatan di segmen alat berat dan pertambangan, serta penurunan kontribusi pendapatan dari Toyota sales operation setelah implementasi model distribusi dua tingkat (two-tiered) yang berlaku efektif sejak awal tahun lalu.

“Kinerja bisnis Grup Astra sepanjang tahun 2016 cukup memuaskan dengan peningkatan kinerja yang stabil di beberapa lini bisnis. Prospek tahun 2017 tampaknya cukup positif dengan perbaikan kondisi ekonomi dan kenaikan harga batu bara,” kata Presiden Direktur Astra, Prijono Sugiarto,

Laba Grup Astra masih bisa naik berkat peningkatan kontribusi dari segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, agribisnis serta infrastruktur dan logistik. Sebagian peningkatan kontribusi tersebut diimbangi oleh penurunan kontribusi dari segmen jasa keuangan, teknologi informasi dan properti.

Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp 2.765 pada 31 Desember 2016, meningkat 10% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2015.

Nilai kas bersih, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp 6,2 triliun pada akhir tahun 2016, dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2015 sebesar Rp 1 triliun. Anak perusahaan Grup Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 47,7 triliun, dibandingkan dengan Rp 44,6 triliun pada akhir tahun 2015.

Dividen final Rp 113 per saham (Buku 2015: Rp 113 per saham) akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada April 2017.

Usulan dividen final tersebut bersama dengan dividen interim Rp 55 per saham (Buku 2015: Rp 64 per saham) membuat dividen total pada tahun 2016 menjadi Rp168 per saham (Buku 2015: Rp 177 per saham), yang mencerminkan rasio dividen (payout ratio) sebesar 45% (2015: 50%, atau 45% bila tidak memperhitungkan dampak penurunan nilai properti pertambangan).

BACA JUGA :  SPBU di KM 42 Rest Area Tol Japek Disegel Usai Melakukan Kecurangan

Laba bersih Grup Otomotif meningkat 23% menjadi Rp 9,2 triliun, sebagian besar disebabkan suksesnya peluncuran model baru, sehingga turut berdampak positif terhadap marjin laba.

Penjualan mobil Astra tumbuh 16% menjadi 591.000 unit, lebih tinggi dari kenaikan penjualan mobil secara nasional yang tumbuh 5% menjadi 1,1 juta unit, sehingga pangsa pasar Astra meningkat dari 50% menjadi 56%. Grup telah meluncurkan 14 model baru dan sembilan model revamped sepanjang tahun 2016.

Penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor (AHM) menurun 2% menjadi 4,4 juta unit, lebih rendah dari penurunan penjualan sepeda motor nasional yang turun sebesar 8% menjadi 5,9 juta unit.

Hal ini menyebabkan pangsa pasar Astra meningkat dari 69% menjadi 74%, dengan dukungan peluncuran tujuh model baru dan delapan model revamped sepanjang tahun 2016.

Laba bersih Astra Otoparts, bisnis komponen Grup, tumbuh 31% menjadi Rp 418 miliar, yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan di segmen pasar pabrikan otomotif (Original Equipment Manufacturer/OEM) dan segmen after market, serta peningkatan kontribusi laba bersih dari perusahaan asosiasi.

Laba bersih Grup Jasa Keuangan menurun 78% menjadi Rp 789 miliar pada tahun 2016. Kenaikan kontribusi PT Federal International Finance (FIF), PT Toyota Astra Financial Services (TAF) dan PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra), diimbangi oleh penurunan kontribusi dari sektor bisnis jasa keuangan lainnya, terutama Bank Permata yang meningkatkan pencadangan atas kredit bermasalahnya secara signifikan, terutama di segmen komersial.

Sektor bisnis pembiayaan konsumen menunjukkan kenaikan total pembiayaan sebesar 21% menjadi Rp 74 triliun, termasuk pembiayaan melalui joint bank financing without recourse.

PT Astra Sedaya Finance (ASF) yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan laba bersih sebesar 4% menjadi Rp 934 miliar akibat menurunnya jumlah unit pembiayaan mobil bekas, sementara pembiayaan roda empat lainnya, yakni TAF mencatat peningkatan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp 351 miliar.

BACA JUGA :  Takjil Segar dengan Blewah Pepaya yang Enak Cocok untuk Menu Bukber

FIF yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 20% menjadi Rp1,8 triliun, karena diversifikasi produk pembiayaan.

Total pembiayaan yang dikucurkan oleh Grup pembiayaan alat berat meningkat 20% menjadi Rp 4,7 triliun. PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF), yang memiliki spesialisasi di pembiayaan alat berat kelas kecil dan menengah, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 26% menjadi Rp 81 miliar.

Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat kerugian bersih sebesar Rp 6,5 triliun pada tahun 2016 dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 247 miliar pada tahun 2015.

Kerugian ini disebabkan oleh kenaikan signifikan jumlah pencadangan atas kredit bermasalah menjadi sebesar Rp12,3 triliun, yang mencerminkan kenaikan rasio gross non-performing loan (NPL) dari 2,7% pada akhir tahun 2015 menjadi 8,8% pada akhir tahun 2016, sementara itu rasio net NPL meningkat dari 1,4% menjadi 2,2%.

Untuk memperkuat struktur permodalannya, rights issue sebesar Rp 3 triliun diharapkan rampung pada paruh pertama 2017, di mana Rp1,5 triliun telah diterima sebagai capital advance dari kedua pemegang saham utama, Astra dan Standard Chartered Bank.

Ditambah dengan Rp 5,5 triliun yang diperoleh dari rights issue bulan Juni 2016, maka Bank Permata akan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 8,5 triliun.

PT Asuransi Astra Buana, perusahaan asuransi kerugian Grup, mencatat sedikit kenaikan laba bersih menjadi Rp 923 miliar, terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan investasi.

============================================================
============================================================
============================================================