Oleh : Heru B Setyawan

(Pemerhati Pendidikan & Sahabat Baznas Pusat)

Betapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga (Al Hadist). Itulah fenomena yang sering terjadi pada masyarakat Indonesia. Agar kita tidak termasuk golongan ini, maka tidak ada salahnya kalau kita mengetahui tingkatan-tingkatan orang berpuasa atau derajat puasa. Menurut salah satu guru saya Ustadz K.H. Malik Rahman   bahwa puasa itu ada 3 derajat, hal ini Beliau sampaikan sewaktu kuliah subuh di Masjid Masy’a, yaitu: puasa umum, puasa khusus, dan puasa lebih khusus. Baiklah akan penulis bahas satu persatu derajat puasa ini.

Pertama, puasa umum. Puasa umum adalah puasa yang hanya mencegah makan,  minum dan berhubungan suami istri diwaktu imsak sampai magrib. Atau biasa disebut puasanya orang awam  yang sebagian besar orang melakukannya. Puasa yang seperti ini hanya menggugurkan kewajiban puasa tetapi pahala puasa mungkin sedikit atau bahkan hilang sama sekali. Puasa jenis ini hanya cocok untuk kelas pemula atau yang pertama kali puasa dan untuk anak-anak yang sedang latihan puasa.

Menurut penulis puasa jenis ini saya sebut sebagai puasa tradisi, karena pelakunya lebih mementingkan dan menjalankan tradisi lokal dalam menjalankan puasa dari pada menjalan puasa sesuai ajaran agama Islam. Ciri-ciri dari puasa ini adalah:

Puasa, tapi tidak solat berjamaah tepat waktu di Masjid. Puasa tapi tidak solat terawih karena kekenyangan akibat terlalu banyak makan sewaktu berbuka puasa. Puasa tapi suka membunyikan petasan sehingga mengganggu tetangga.

Puasa tapi tidak iftikaf di Masjid tapi malah nongkrong di tempat hiburan . Puasa harusnya lebih banyak muhasabah, tapi malah hura-hura dan melakukan tindakan yang sia-sia. Puasa tapi masih pacaran dan mengumbar nafsu syahwat. Puasa harusnya sahur bersama keluarga tapi malah sahur on the road yang mengganggu kepentingan umum. Puasa harusnya solat tahajud dengan khusuk tapi malah begadang nonton sepak bola di depan televisi. Puasa tapi masih suka dan gampang marah. Dan masih banyak lagi ciri-ciri yang lain.

BACA JUGA :  Menu Makan Siang dengan Sayap Ayam Goreng Saus Asam Pedas yang Lezat dan Nikmat

Kedua, puasa khusus . Puasa khusus adalah puasanya seorang hamba yang sholeh dan solehah. Puasa jenis ini tidak hanya mencegah tiga hal  yang disebut diatas tetapi juga menjaga anggota badan dari segala maksiat dan kesia-siaan. Ciri-ciri  puasa jenis ini adalah:

Mencegah mata dari berbuat semua maksiat, matanya selalu digunakan untuk melihat yang baik-baik dan bermanfaat saja. Menjaga lisan dari hal-hal yang dilarang oleh agama, misal gosip, fitnah, ngomongin orang, dusta, sumpah serapah, berkata kotor dan kasar dan lain-lain.

Menjaga telinga dari hal-hal yang makruh ataupun terlarang. Pokoknya orang yang melakukan puasa jenis ini akan hati-hati dengan semua panca inderanya. Menjaga perut dari makanan yang subhat dan haram  pada saat berbuka. Orang puasa jenis ini saat berbuka dengan makanan yang tidak banyak atau sewajarnya.

Sementara kebanyakan masyarakat Indonesia saat berbuka seperti pesta, semua makanan ada, dan semua dimakan. Sehingga banyak yang tertidur saat tarawih karena kekenyangan. Makanya kegiatan buka bersama (Bukber) selalu marak di bulan ramadhan ini. Ada uraian mengatakan bahwa perbuatan memenuhi perut walau dengan barang halal itu dibenci oleh Allah.

Harusnya yang marak pada bulan suci ramadhan ini adalah tadarus bersama, sedekah bersama, tahajud bersama, peduli bersama  taubat bersama  dzikir bersama  dan lain-lain kebaikan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Puasa jenis ini bisa dikatakan puasa yang sesuai dengan syariat agama Islam. Kalau 5 hal ini bisa kita lakukan dengan baik, insyaAllah  kita pasti akan menerima upah dari Allah SWT  hanya ibadah puasa yang upahnya langsung dari Allah.

BACA JUGA :  Penemuan Mayat Wanita di Slogohimo Wonogiri, Gegerkan Warga Setempat

Ketiga, puasa yang lebih khusus. Puasa lebih khusus adalah puasanya para Nabi/Rasul. yaitu hatinya juga ikut puasa, hatinya selalu bersih, hatinya selalu terjaga, hatinya selalu teringat dan berdzikir pada Allah SWT, hatinya lebih banyak memikirkan akhirat dari pada dunia, hatinya selalu digunakan untuk memikirkan ciptaanNya, hatinya selalu memikirkan kebesaran Allah SWT, hatinya sangat cinta dan takut pada Allah SWT. Puasa jenis ini adalah puasa bagi hamba yang sudah terbebas dari berbagai penyakit hati, seperti iri, dengki, sombong, hasut, pelit, dusta, pendendam, dzolim dan lain-lain.

Bisa dikatakan puasa jenis ini adalah puasanya bagi hamba yang sudah berakhlak mulia. Apakah kita sebagai orang awam bisa melakukan puasa jenis ini ? Jawabannya bisa, karena teladan dan panutan kita sebagai seorang muslim Nabi Besar Muhammad SAW adalah uswatun khasanah, artinya ada perilaku Nabi Muhammad SAW yang bisa kita tiru, meski tidak sesempurna Rosulullah SAW, karena  Beliau adalah manusia paling sempurna di dunia.

Jadi kita bisa meniru perilaku Rosul SAW sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Kita bisa menjalankan tujuh Sunnah harian Rosulullah SAW, yaitu: shalat tahajud, baca Al Qur’an, shalat berjamaah di Masjid, jaga wudu, shalat duha, sedekah dan selalu istigfar. Semakin kita banyak melakukan sunnah Rosulullah semakin berkah hidup kita. Semakin kita banyak melakukan sunnah Rosulullah juga menunjukkan kita semakin cinta pada Beliau, sehingga nanti kita dapat safaat dari Rosulullah SAW.

Tapi kita harus hati-hati sebab ada perilaku Rosul yang haram kita tiru, yaitu menerima wahyu dari Allah SWT, kalau kita tiru berarti kita Nabi palsu, karena Rosulullah  SAW adalah Nabi terakhir. Semoga puasa kita tahun ini lebih baik dari pada tahun yang lalu, Aamiin. Jayalah Indonesiaku. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================