JAKARTA TODAY- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) swasta agar mau membeli Solar dari PT Pertamina (Persero).

Dengan cara ini, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial berharap, badan usaha penyalur tak usah mengimpor BBM demi menambah suplai Solar. Selain itu, langkah ini diambil agar Pertamina tak gegabah mengekspor Solar setelah produksi BBM tersebut terbilang surplus sejak tahun 2016 lalu.

“Kami berupaya memenuhi solar bagi kebutuhan dalam negeri dulu. Policy pemerintah seperti itu,” papar Ego di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (6/9).

Jika memang gudang penyimpanan Solar sudah penuh dan kebutuhan dalam negeri tercukupi, maka Pertamina diizinkan untuk mengekspor Solar. Namun, hingga sejauh ini, perusahaan minyak pelat merah itu masih belum berniat untuk mengekspor Solar.

BACA JUGA :  Kecelakaan Beruntun 6 Mobil di Tol Cipularang Km 107, Diduga Sopir Ngantuk

“Saya tadi pagi sudah berbicara dengan Pertamina, saya pastikan bahwa Pertamina belum mau ekspor Solar. Kami baru akan izinkan kalau kebutuhan dalam negeri terpenuhi,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan, perusahaannya memang sempat mengusulkan ke pemerintah agar badan usaha swasta bisa membeli Solar dari Pertamina. Sebab, saat ini konsumsi Solar semakin tergerus akibat beberapa faktor.

Adapun, faktor pertama adalah kewajiban pencampuran biodiesel sebesar 20 persen ke dalam Solar, atau mandatori B-20, yang menyebabkan porsi Solar murni di dalam penyaluran BBM berkurang. Selain itu, memang saat ini permintaan Solar Pertamina juga makin menyusut gara-gara konsumen pindah ke BBM jenis diesel lain seperti Dexlite.

Menurut data perseroan, proporsi penjualan Solar terhadap bahan bakar diesel Pertamina tercatat 96,8 persen pada bulan Juli kemarin. Angka ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana penjualan Solar tercatat 98,9 persen dari seluruh penjualan diesel Pertamina.

BACA JUGA :  Ditinggal Ibu Menyapu, Bocah di Makassar Terjebak Mesin Cuci

“Artinya, produksi yang sudah bagus ini, kalau Solar berlebihan, diserap dulu oleh swasta yang lain daripada yang lain impor. Kalau masalah harga, nanti bisa negosiasi dengan Pertamina,” ujar Toharso.

Adapun menurutnya, sebenarnya Indonesia tidak mengalami surplus Solar. Hanya saja, kelebihan pasokan Solar seolah-olah terjadi karena ada badan usaha lain yang menjual Solar. Menurut catatan perusahaan, saat ini Pertamina mengempit 70 persen pangsa pasar Solar di Indonesia, di mana sisa 30 persen dijual oleh badan swasta seperti Shell.

“Pertamina memang mendorong ke pemerintah agar mereka (badan usaha lain) tidak perlu impor,” paparnya. (Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================