JAKARTA TODAY- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 146,43 poin (2,59 persen) ke level 5.791 setelah bergerak di antara 5.630-5.825 pada hari ini, Jumat (19/5). Level penutupan tersebut merupakan rekor tertinggi baru IHSG sepanjang sejarah.

Sementara di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah bergerak menguat di Rp13.325 per dolar AS atau naik 31 poin (0,23 persen), setelah bergerak di kisaran Rp13.298-Rp13.420.

RTI Infokom mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp8,39 triliun dengan volume 8,82 miliar lembar saham. Sementara, perdagangan di pasar reguler hari ini, investor asing tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp204,67 miliar.

Sebanyak 230 saham naik, 98 saham turun, dan 114 saham tidak bergerak. Sementara seluruh sektor mengalami penguatan. Penguatan terbesar dialami oleh sektor keuangan yang menguat sebesar 3,45 persen.

Dari Asia, mayoritas indeks saham bergerak menguat. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang naik sebesar 0,19 persen, indeks Kospi di Korsel naik sebesar 0,07 persen, dan indeks Hang Seng di Hong Kong naik sebesar 0,15 persen.

BACA JUGA :  Profil Maarten Paes, Kiper FC Dallas jadi Pemain Naturalisasi Berdarah Kediri

Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa bergerak menguat sejak dibuka tadi siang. Indeks FTSE100 di Inggris bergerak naik 0,39 persen, indeks DAX di Jerman naik 0,32 persen, dan indeks CAC di Perancis naik 0,65 persen.

Analis Senior Binaartha Securities Reza Priyambada menjelaskan, ketika pengumuman S&P keluar sekitar jam 15.00 WIB, pelaku pasar mulai marak melakukan aksi beli. Tak heran, IHSG bahkan sempat menyentuh level 5.820 menjelang penutupan sore.
“Begitu jam 15.00 WIB langsung naik tajam. Langsung pada lakukan aksi beli,” ungkap Reza saat dihubungi, Jumat (19/5).
Aksi beli ini juga ikut mempengaruhi sektor keuangan yang meningkat hingga 3,45 persen. Menurut Reza, sektor keuangan memang selalu menjadi incaran pelaku pasar ketika sentimen positif tengah menghantam pasar modal, seperti saat ini. Pasalnya, sektor itu terdiri dari beberapa emiten perbankan dengan kapitalisasi besar (big caps) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Sebenarnya untuk PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) juga big caps, tapi kalau dibandingkan dengan misalnya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ya masih kalah besar,” papar Reza.

Lembaga pemeringkat internasional, S&P Global Ratings mengerek peringkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia menjadi ‘BBB-‘ dari ‘BB ‘ atau layak investasi. Sementara outlook yang disematkan adalah stabil. S&P juga menaikkan peringkat utang luar negeri jangka pendek Indonesia menjadi ‘A-3’ dari ‘B’ dan peringkat jangka panjang regional ASEAN di ‘axA-‘ dari ‘AxBBB ‘. Selain itu, S&P menegaskan peringkat skala regional ASEAN jangka pendek di level ‘axA-2’.

BACA JUGA :  Kebakaran Hangsukan Kapal Wisata Sea Safari 7 di Perairan Labuan Bajo

Analis Utama S&P KimEng Tan mengatakan, jajarannya menaikkan peringkat berdasarkan penilaian terhadap penurunan risiko metrik fiskal Indonesia.

“Kami percaya peningkatan fokus pemerintah pada penganggaran yang realistis telah mengurangi kemungkinan bahwa kekurangan pendapatan di masa depan akan memperlebar defisit pemerintah secara signifikan, melampaui apa yang diperkirakan sekarang,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (19/5). (Yuska Apitya/cnn)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================